Logo

Investasi Senilai Rp 43,5 T, 4 Pabrik Komponen Baterai Dibangun di Morowali, Sulteng

Foto: Indonesia Morowali Industrial Park/ Dok. Indonesia Morowali Industrial Park

INFOSULAWESI.com, JAKARTA  --  Pemerintah terus mendorong hilirisasi mineral, termasuk nikel, demi mendorong nilai tambah dari produksi tambang di dalam negeri. Pembangunan smelter dengan menggunakan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) juga didorong agar bisa menyerap nikel kadar rendah.

Chief Executive Officer (CEO) PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Alexander Barus mengatakan di Morowali sudah dilakukan ground breaking empat pabrik yang akan memproduksi katoda nikel cobalt dengan total kapasitas sebesar 240 ribu ton nikel murni. Bila ini selesai dibangun, maka ini akan menjadi salah satu smelter nikel cobalt terbesar di dunia.

Selain itu, imbuhnya, di kawasan industri Morowali ini juga dibangun pabrik daur ulang (recycle) baterai lithium. Menurutnya, pembangunan pabrik daur ulang baterai juga sudah dilakukan di beberapa tempat lain, namun belum semaju di IMIP.

Dia mengatakan, total investasi untuk empat pabrik nikel cobalt dengan teknologi HPAL ini mencapai US$ 3 miliar atau sekitar Rp 43,5 triliun (asumsi kurs Rp 14.500 per US$).

"Jadi, ada empat pabrik yang akan kita bangun dengan kapasitas 240 ribu ton nikel murni dan satu recycling baterai bekas. Nah total investasinya yang kita rencanakan adalah US$ 3 miliar, di luar dari investasi untuk power plant (pembangkit listrik)," ungkapnya, Jumat (06/11/2020).
 

Untuk memenuhi pendanaan ini, pihaknya akan menggunakan dana dari ekuitas sebesar 40% dan perbankan 60%. Adapun investor yang akan membangun pabrik komponen baterai lithium ini juga berasal dari China.

"Equity 40%, 60% dari bank, biasanya bank-bank di China mendanai proyek-proyek seperti ini, jadi dananya murni Penanaman Modal Asing (PMA)," imbuhnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, untuk imbal hasil mulanya diharapkan dalam tempo enam sampai tujuh tahun sudah ada imbal hasil. Namun dalam perjalanannya, karena pandemi Covid-19 melanda, akhirnya membuat harus ada re-evaluasi. Namun pihaknya optimis dengan permintaan yang tinggi pada mobil listrik, maka prospek dari komponen baterai ini masih sangat tinggi.

"Perhitungan awal tidak ada Covid-19, enam sampai tujuh tahun sudah return (balik modal). Dengan adanya Covid-19, kelihatannya ada sedikit banyak re-evaluasi," ucapnya.

Pasar yang menjanjikan di sektor kendaraan listrik membuat pemain besar mobil listrik dunia seperti Tesla berencana membangun pabrik baterai di Indonesia. Pabrik baterai tersebut direncanakan bakal dibangun di Kawasan Industri Terpadu Batang, Jawa Tengah.

Siapa sangka kabar rencana pembangunan pabrik oleh Tesla jadi perhatian produsen mobil dunia. Hal tersebut disampaikan oleh Septian Hario Seto, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.

Dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Selasa (27/10/2020), dia mengatakan beredarnya pemberitaan mengenai Tesla, membuat salah satu perusahaan otomotif global menjadi lebih agresif untuk mengembangkan mobil listrik di Indonesia.

"Saya mendengar ada satu perusahaan otomotif global juga yang kemudian menjadi lebih agresif untuk pengembangan mobil listrik di Indonesia," paparnya. (cnbc)