Logo

Arung Palakka Pahlawan di Mata Masyarakat Bone, Namun Bersekutu dengan VOC

Gambar Arung Palakka

INFOSULAWESI.com - Arung Palakka bergelar La Tenritatta To Unru To-ri SompaE Petta MalampeE Gemme'na Daeng Serang To' Appatunru Paduka Sultan Sa'adduddin. Arung Palakka La Tenri tatta lahir di Lamatta, Mario-ri Wawo, Soppeng, pada tanggal 15 September 1634 sebagai anak dari pasangan La Pottobune', Arung Tana Tengnga, dan istrinya, We Tenri Suwi, Datu Mario-ri Wawo, anak dari La Tenri Ruwa Paduka Sri Sultan Adam, Arumpone Bone.

Arung Palakka pertama kali menikah dengan Arung Kaju namun akhirnya mereka bercerai. Selanjutnya, ia menikah dengan Sira Daeng Talele Karaeng Ballajawa pada tanggal 16 Maret 1668, sebelumnya istri dari Karaeng Bontomaronu dan Karaeng Karunrung Abdul Hamid.

Pernikahan ini pun tidak bertahan lama dan keduanya bercerai pada tanggal 26 Januari 1671. Untuk ketiga kalinya, ia menikahi We Tan-ri Pau Adda Sange Datu-ri Watu, Datu Soppeng, di Soppeng pada tanggal 20 Juli 1673. Istri ketiganya ini adalah putri dari La Tanri Bali Beowe, Datu Soppeng, dan sebelumnya menjadi istri La Suni, Adatuwang Sidenreng.

Pernikahannya yang keempat dilaksanakan pada tanggal 14 September 1684 dengan Daeng Marannu, Karaeng Laikang, putri dari Pekampi Daeng Mangempa Karaeng Bontomaronu, Gowa, dan sebelumnya adalah istri dari Karaeng Bontomanompo Muhammad.

Takluknya Bone kepada Gowa membuat Arung Palakka dan keluarganya dijadikan tawanan. Sejak umur 11 tahun, ia sudah merasakan bagaimana pedihnya hidup tanpa kebebasan, meski demikian, perlakuan keluarga Kesultanan Gowa terhadapnya tidak terlalu buruk.

Arung Palakka dan keluarganya menjadi pelayan di kediaman Perdana Menteri Gowa, Karaeng Pattinggaloang. Namun, Pattinggaloang tetap mempertahankan respek kepada keluarga Arung Palakka, dan Arung Palakka pun tumbuh menjadi seorang pemuda cerdas dan gagah di bimbingannya.

Akhir 1660, dibantu beberapa mantan petinggi Kesultanan Bone yang masih setia, Arung Palakka serangan terhadap Gowa dan berhasil melatih orang-orang Bone yang ditawan dan dipekerjakan paksan di Gowa.

Perang Makassar dan Bone

Untuk menang melawan Gowa, ia belum sanggup karena armada militer Gowa masih terlalu kuat, bahkan membuatnya semakin terdesak. Arung Palakka pun terpaksa melarikan diri karena menjadi target utama pasukan Gowa yang mencarinya sampai ke Buton.

Di saat yang sama, VOC datang menawarkan bantuan. Kondisi ini sebenarnya dilematis bagi Arung Palakka. Di satu sisi, ia muak dengan ambisi VOC. Namun di sisi lain, ia memerlukan dukungan kaum penjajah itu jika ingin menuntaskan dendamnya sekaligus menjadikan Bone sebagai pemerintahan yang berdaulat lagi.

Akhirnya, pada 1663, Arung Palakka dan para pengikutnya berlayar jauh ke Batavia, tepat di mana pusat kekuasaan VOC berada. Selain untuk menyelamatkan diri dari kejaran Gowa, Arung Palakka ternyata harus membuktikan terlebih dulu bahwa ia memang benar-benar butuh bantuan VOC.

Setelah 3 tahun membantu VOC, saatnya tiba bagi Arung Palakka untuk menuntaskan dendam sekaligus merebut kembali wilayah Bone yang dikuasai Gowa.

Tanggal 24 November 1666, armada besar bertolak dari pesisir utara Bataviamenuju Celebes, terdiri dari 21 kapal perang yang mengangkut 1000 prajurit.

Pasukan Arung Palakka yang beranggotakan 400 orang semakin percaya diri berkat bantuan VOC yang menyumbangkan 600 orang tentaranya dari Eropa yang paling terlatih.

Mereka berangkat dengan satu tujuan: mengalahkan Gowa yang saat itu dipimpin seorang raja perkasa berjuluk Ayam Jantan dari Timur, Sultan Hasanuddin.

Dan meletuslah Perang Makassar. Gowa pada akhirnya menyerah, dan tanggal 18 November 1667 Sultan Hasanuddin terpaksa menandatangani Perjanjian Bongaya yang menandai kemenangan VOC dan Arung Palakka walaupun selama beberapa tahun berikutnya serpihan pasukan Gowa masih melakukan perlawanan.

Pada tahun 1672, Arung Palakka dinobatkan sebagai Sultan Bone. Ia memang hanya menuntut haknya kembali sebagai pewaris tahta Bone, sekaligus merebut Bone dari penguasaan Gowa dan membalaskan dendamnya, meskipun dengan cara yang tidak bisa memuaskan semua pihak.

Arung Palakka memimpin Kesultanan Bone selama 24 tahun atau sampai akhir hayatnya. Ia meninggal dunia pada 6 April 1696 dan dimakamkan di Katangka, Gowa.

Atas perkenan Attoriolong