Logo

BMKG: Ada Potensi Gempa Magnitudo 8.7 di Selat Sunda Yang Picu Tsunami

ilustrasi grafis. Foto Bisnis.com

INFOSULAWESI.com, JAKARTA -- Ahli kegempaan Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) meminta semua pihak mewaspadai satu zona seismik gap di Indonesia yang menyimpan potensi gempa dengan magnitudo 8.7.

Selama ratusan tahun belum terjadi gempa besar. Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan zona seismik gap yang dimaksud adalah segmen megathrust Selat Sunda. "Gempa Ujung Kulon, Banten kemarin sebenarnya bukan ancaman sesungguhnya, karena segmen megathrust Selat Sunda mampu memicu gempa dengan magnitudo tertarget mencapai 8,7 dan ini dapat terjadi sewaktu-waktu, inilah ancaman yang sesungguhnya," kata Daryono, Sabtu (15/1).

Hingga saat ini belum ada teknologi yang bisa memprediksi kapan gempa terjadi, dengan kondisi ratusan tahun belum terjadi gempa besar di Selat Sunda patut diwaspadai. Lokasinya berada di antara dua lokasi gempa besar yang merusak dan memicu tsunami, yaitu Gempa Pangandaran magnitudo 7,7 pada 2006 dan Gempa Bengkulu magnitudo 8,5 pada 2007.

"Gempa Ujung Kulon kemarin sebenarnya bukan ancaman sesungguhnya karena segmen megathrust Selat Sunda mampu memicu gempa dengan magnitudo tertarget mencapai 8,7 dan ini dapat terjadi sewaktu-waktu," kata Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangan tertulisnya. 

Selat Sunda memang sudah sering menjadi lokasi gempa dan tsunami. Tsunami Selat Sunda akibat gempa terjadi pada 1722, 1852, dan 1958. Tsunami tahun 416, 1883, 1928, 2018 berkaitan dengan erupsi Gunung Krakatau. Sedangkan tsunami pada 1851, 1883, dan 1889 dipicu aktivitas longsoran.

"Gempa kuat dan tsunami adalah proses alam yang tidak dapat dihentikan, bahkan memprediksi kapan terjadinya pun juga belum bisa. Namun, dalam ketidakpastian kapan terjadinya itu, kita masih dapat menyiapkan upaya mitigasi konkret," kata Daryono.

Mitigasi konkret antara lain membangun bangunan tahan gempa, memodelkan bahaya gempa dan tsunami, kemudian menjadikan model ini sebagai acuan mitigasi, seperti perencanaan wilayah berbasis risiko gempa dan tsunami. Mitigasi yang diperlukan juga dan penting berupa penyiapan jalur evakuasi, memasang rambu evakuasi, membangun tempat evakuasi, berlatih evakuasi/drill secara berkala, termasuk edukasi evakuasi mandiri di samping itu BMKG juga akan terus meningkatkan performa peringatan dini tsunami lebih cepat dan akurat.

Gempa kemarin, yakni berkekuatan M 6,6, juga merupakan gempa di area megathrust. Gempa kemarin termasuk gempa dangkal akibat patahan batuan Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Selat Sunda-Banten. Itu adalah gempa 'interslab earthquake', ciri-cirinya mampu meradiasikan guncangan (ground motion) yang lebih besar dan lebih kuat dari gempa sekelasnya dari sumber lain.


Sumber Berita: Berbagai sumber