JAKARTA — Di tengah hiruk-pikuk kehidupan metropolitan, ribuan perantau asal Toraja akan kembali bersua dalam suasana penuh syukur dan kebersamaan. Ibadah Syukur dan Sitammu Mali’ 2025 Ikatan Keluarga Toraja (IKAT) Jabodetabek siap digelar pada Sabtu, 25 Oktober 2025 di Bumi Perkemahan Cibubur (Buperta Cibubur), Jakarta Timur.
Kegiatan tahunan ini bukan sekadar pertemuan adat dan keagamaan, melainkan juga menjadi ruang batin untuk meneguhkan kembali jati diri sebagai orang Toraja, masyarakat yang menjunjung tinggi nilai Sangtorayaan, yakni semangat untuk Saling Mengasihi, Saling Menguatkan, dan Saling Menopang.
Momentum Kebersamaan di Tengah Kesibukan Kota
Di balik gemerlap ibu kota, Ibadah Syukur dan Sitammu Mali’ menjadi napas segar bagi masyarakat Toraja yang merantau. Kegiatan ini diharapkan menjadi ajang “temu kangen” penuh makna, mempertemukan generasi tua dan muda dalam satu ikatan yang sama, cinta akan tanah asal dan nilai-nilai luhur leluhur.
Ketua Umum IKAT Jabodetabek drg. Ferry Latanna Sp. PM, FISID, menyampaikan bahwa kegiatan tahun ini akan dikemas lebih besar dan berwarna, dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat serta tokoh-tokoh nasional, termasuk Gubernur DKI Jakarta yang dijadwalkan turut hadir.
“Ini menjadi bukti bahwa semangat kekeluargaan orang Toraja tetap hidup, hangat, dan saling menopang satu sama lain di mana pun mereka berada,” ujarnya.
Apresiasi Frederik Kalalembang
Anggota DPR RI Fraksi Partai Demokrat Irjen Pol (P) Drs. Frederik Kalalembang turut menyampaikan apresiasi dan dukungan penuh atas terselenggaranya kegiatan ini.
“Saya menyampaikan selamat dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ketua Panitia Berthanatalia, SH., MH, dan seluruh panitia serta pengurus IKAT Jabodetabek di bawah kepemimpinan drg. Ferry Latanna, yang telah dengan penuh dedikasi dan keikhlasan menggelar acara besar ini,” ujar Frederik dalam pesannya, Jumat (24/10/2025).
Menurut Frederik, kegiatan ini memiliki makna yang jauh melampaui perayaan budaya semata. “Ini adalah pernyataan cinta terhadap persaudaraan. Melalui Sitammu Mali’ kita tidak hanya mengenang masa lalu, tetapi juga menyulam kembali jalinan persatuan orang Toraja di tanah rantau,” tuturnya.
Jangan Seret ke Ranah Politik
Frederik juga mengingatkan agar kegiatan bernuansa kekeluargaan ini tidak ditarik ke arah kepentingan politik maupun perbedaan organisasi.
“Toraja bersatu bukan karena bendera yang berbeda, tetapi karena hati yang sama, hati yang lahir dari kasih dan kejujuran,” tegasnya.
Ia menambahkan, meski masih ada sebagian kerukunan yang belum terlibat karena perbedaan afiliasi, semangat persatuan harus tetap dijaga. “Perbedaan organisasi tidak boleh memecah kita. Justru keberagaman inilah yang memperkaya dan memperkuat. Tidak masalah banyak organisasi selama saling mendukung dan menguatkan," katanya.
Sebagai Ketua Umum Ikatan Keluarga Toraja Nusantara (IkaTNus), Frederik menegaskan komitmennya untuk menguatkan solidaritas antar komunitas Toraja tanpa sekat.
“Saya tidak pernah mempermasalahkan jika ada kerukunan atau komunitas Toraja yang memilih berafiliasi dengan organisasi lain. Yang penting, semangat kebersamaan dan kasih di antara kita semua tetap terjaga. Selama hati kita satu dalam semangat Sangtorayaan, Toraja akan selalu teguh berdiri di mana pun berada,” ujar Frederik.
Refleksi dan Harapan
Frederik mengajak seluruh peserta untuk menjadikan kegiatan ini sebagai ruang refleksi dan persaudaraan. Tempat dimana saling menguatkan satu sama lain antar sesama orang Toraja.
“Marilah kita saling memahami, saling memaafkan, dan saling menopang. Toraja bukan hanya nama sebuah daerah, tetapi juga jiwa dan kebanggaan yang hidup dalam setiap hati kita,” tutupnya.
Acara Ibadah Syukur dan Sitammu Mali’ 2025 diharapkan menjadi simbol nyata bahwa di mana pun orang Toraja berada, di pelosok negeri maupun di tengah kota besar, semangat persaudaraan, kasih, dan gotong royong tetap menjadi tali yang mengikat dan menguatkan. (*)

