Logo

Trofi Piala Thomas Jojo Persembahkan Untuk Sang Kakak Yang Telah Berpulang

Jonatan Christi bersorak usai membawa Indonesia menjuarai Piala Thomas 2021 (Dok. BWF)

INFOSULAWESI.com, JAKARTA -- Jonatan Christie terlihat mengepalkan tangan dan menunjuk jarinya ke udara setelah ia berhasil mengunci kemenangan Indonesia atas Tiongkok sekaligus memboyong Piala Thomas kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. Selain sebagai bentuk syukur kepada Yang Maha Kuasa, ada makna lain dari gestur jawara Asian Games 2018 tersebut.

“Ini untuk kakakku,” ujar Jojo, dilansir dari laman resmi BWF.

Selain untuk membawa Indonesia mengangkat trofi Piala Thomas yang ke-14, Jojo ternyata punya misi lain. Ia ingin mempersembahkan gelar juara tersebut untuk almarhum kakaknya, Ivan Christie.

Untuk diketahui, Jojo kehilangan sang kakak yang dipanggil pulang ke pangkuan Sang Khalik pada 3 Februari 2021 lalu. Yang lebih membuat pilu, kakak Jojo meninggal saat ayah dan ibu Jojo juga sedang dirawat di rumah sakit.

Tidak mau memperburuk kondisi ayah dan ibunya yang saat itu tengah dirawat, Jojo akhirnya mengurus sendiri prosesi pemakaman kakaknya. Situasi pun kian sulit karena angka penularan Covid-19 di Indonesia pada awal tahun masih cukup mengkhawatirkan.

Dalam akun Instagram-nya, Jojo juga sempat mengatakan bahwa ia belum berani memberi tahu ayah dan ibunya ihwal kepergian sang kakak demi kebaikan mereka.

Momen tersebut pun membuat Jojo semakin bersemangat untuk memenangkan gelar demi gelar. Sayang, ia gagal bersinar di Olimpiade Tokyo 2020 dan Piala Sudirman 2021. Kritikan, bahkan cemoohan pun bertubi-tubi menyerangnya di jagat maya.

Namun, semuanya berubah di Piala Thomas 2021.

Di dalam tekanan, Jojo berhasil membuktikan bahwa ia layak bergabung di tim Thomas Indonesia sebagai salah satu pemain tunggal putra yang bisa diandalkan.

Titik balik nasib sialnya dimulai ketika ia menyumbang poin untuk timnya saat menundukkan Wang Tzu Wei (Taiwan) di fase grup, sekaligus ikut andil membuat Indonesia keluar sebagai juara grup A.

Tidak berhenti di sana, Jojo juga berhasil menjalankan tanggung jawabnya dengan sangat baik di fase knock out. Ia mengandaskan Ng Tze Yong (Malaysia) di perempat final, menundukkan Anders Antonsen (Denmark) di semifinal, dan terakhir menyegel gelar juara untuk Indonesia setelah smes menyilangnya tak mampu dikembalikan oleh Li Shi Feng (Tiongkok) di partai puncak.

Semangat dan kekuatan tersebut, kata Jojo, ia dapatkan dari sang kakak yang saat ini sudah beristirahat dengan tenang di alam sana.

“Ketika kakakku meninggal, aku bertekad untuk mempersembahkan medali untuknya. Dia sangat menginspirasiku. Ada perbedaan yang begitu jelas ketika ia masih ada dan sudah tiada,” kata Jojo.

Mempersembahkan gelar juara Piala Thomas untuk sang kakak pun dinilai sangat berarti untuk Jojo. “Ini lebih besar dari (menjadi juara) Asian Games!” katanya lagi.

Perjalanan Jojo di dunia tepok bulu angsa memang masih relatif panjang. Masih banyak gelar bergengsi yang belum ia menangkan, apalagi dengan persaingan sektor tunggal putra yang kian ketat dengan munculnya pemain-pemain muda hebat dari segala penjuru dunia.

Lantas, apakah selepas menjuarai Piala Thomas Jojo masih membayangkan wajah kakaknya di tiap laga yang ia jalani sebagai sumber motivasi?

“Aku selalu memikirkan kakakku. Selalu,” tutup Jojo. (*)