Logo

Mewaspadai Fenomena Megathrust di Indonesia

ANCAMAN gempa megathrust sangat nyata, tetapi masih sulit diprediksi. Oleh karena itu, mitigasi harus diperkuat untuk mencegah jatuhnya korban jiwa hingga kerugian sosial ekonomi.  

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan gempa megathrust belum bisa diprediksi kapan akan terjadi, berapa besar kekuatannya, kedalamannya, termasuk apakah berpotensi tsunami. Prediksi terjadi tsunami juga belum bisa dilakukan. 

Itu termasuk berapa lama datang tsunami setelah gempa hingga ketinggian gelombangnya. Untuk menghadapi megathrust, yang dilakukan BMKG saat ini ialah memperkuat mitigasi, salah satunya menambah jumlah sensor. 

Dari sebelumya 20 seismograf menjadi 533 seismograf. Tujuannya, gempa lekas diketahui setelah terjadi hingga mengukur kekuatannya agar penanganan dampak bisa segera dilakukan.

Karenanya, jalan menghadapi megathrust ialah memperkuat mitigasi dan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat termasuk pemerintah pusat dan daerah. Megathrust dianalogikan sebagai patahan dengan dorongan naik besar karena mampu mengakumulasi energi. 

Medan tegangan gempa juga sangat kuat. Hal itu juga memicu gempa kuat yang menimbulkan rekahan panjang dan bidang geser yang luas serta memiliki potensi destruktif dan tsunami.

Data Badan Geologi menunjukkan isu terkait gempa megathrust pernah mencuat pada 2004, 2018, 2022, dan terakhir pada tahun 2024. Di Indonesia, zona megathrust membentang mulai dari sebelah barat Sumatera, selatan Jawa, hingga Bali dan Nusa Tenggara. 

Selain itu, di Laut Banda, sebelah utara Papua, sebelah utara Sulawesi, sebelah timur Sulawesi Utara, serta sebelah barat dan timur laut Halmahera. Guna mengantisipasi ancaman Megatrust pentingnya mendorong pemerintah daerah menyusun regulasi khusus tentang mitigasi gempa, tsunami, yang disusun terpisah dari bencana lain. 

Regulasi itu bisa berbentuk peraturan daerah atau peraturan kepala daerah. Selain mitigasi, upaya untuk meminimalkan dampak gempa megathrust juga dilakukan dengan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat. 

Contohnya, membentuk desa tangguh bencana, sekolah lapang gempa bumi dan tsunami di sekolah-sekolah. Dengan adanya fenomena Megatrust kita berharap masyarakat dapat meningkatkan atau memelihara kesadaran tentang mitigasi gempa. 

Kesadaran diperlukan untuk menekan potensi dampak gempa yang merugikan atau mematikan terhadap kehidupan masyarakat. Mitigasi jangan sekadar slogan, tetapi perlu kesadaran sampai dipraktikkan dalam keseharian.