Logo

Bagian Pertama, Perjanjian Tellumpoccoe: Persekutuan Antara Tiga Kerajaan Bugis di Sulawesi

Perjanjian Tellumpoccoe (ist)

INFOSULAWESI.com -- Perjanjian Tellumpoccoe merupakan perjanjian yang melibatkan tiga kerajaan Bugis yaitu Bone, Soppeng dan Wajo.

Perjanjian ini bermula atas keinginan mempersaudarakan ketiga kerajaan tersebut, juga demi menentang agresi dari Kerajaan Gowa yang merupakan penguasa adidaya pada masa itu.

Sebelum perjanjian ini bermula, pada masa pemerintahan raja Bone ke-VII, La Tenri Rawe Bongkange yang naik takhta menggantikan ayahnya La Uliyo Bote’e, telah terjadi beberapa kali serangan dari Kerajaan Gowa yang pada mulanya disebabkan karena penggabungan Tellulimpoe (tiga wilayah) memasukkan Bone sebagai anggota yakni Luwu, Gowa dan Bone.

Ketika terjadi pertempuran antara Gowa dan Bone, Wajo sebagai sekutu Gowa ikut serta dalam pertempuran melawan Bone, setelah tiga hari lamanya pertempuran itu berlangsung pasukan Bone terdesak, namun semangat pasukan Bone bangkit mengadakan penyerangan dan akhirnya pasukan Kerajaan Gowa dan Wajo terpukul mundur.

Setelah itu Gowa kembali melakukan penyerangan, bersama dengan Raja Gowa Tonibata yang sebelumnya sakit, akan tetapi ia tewas setelah kepalanya dipancung oleh pasukan Bone.

Lalu, Kajao Laliddo mewakili Bone dan Karaeng Tallo mewakili Gowa mengadakan pertemuan yang menghasilkan perjanjian Ceppae ri Caleppa (Perjanjian Caleppa) berisi tentang batas wilayah kedua kerajaan di Selatan Bone dengan Sungai Tangka sebagai batasnya.

Raja Gowa saat itu memberi perintah kepada Arung Matoa Wajo sebagai Abdi Gowa untuk mengangkut kayu dari pegunungan Barru ke pinggir laut untuk dipergunakan mendirikan istanan di Tamalate sebagai Ibukota Kerajaan Gowa.

Jangan lupa pantau kuis info sejarah hanya di Instgram @infosulawesidotcom Follow, Like and Share

Namun Arung Matoa Wajo merasa tidak senang karena diperlakukan sewenang-wenang, maka hal tersebut disampaikan kepada Raja Bone.

Setelah mengetahui hal tersebut, Raja Bone merasa tidak senang, dan ia pun mengajak Arung Matoa dan Datu Soppeng untuk bersama-sama ke Barru.

Sesampainya di sana, Raja Gowa heran karena yang ia panggil hanya Raja Wajo, akan tetapi Raja Bone dan Raja Soppeng juga ikut.

Tetapi, Raja Bone menjawab bahwa orang Wajo takut melewati daerah yang tidak didiami manusia.

Kemudian Raja Bone, Soppeng dan Wajo sama-sama memotong tali pengikat kayu-kayu itu secara bergantian dengan menyanyikan lagu yang intinya sesama kerajaan yang terintimidasi menginginkan adanya perlawanan dengan menyatukan kekuatan.

Setelah kejadian itu, mereka bermusyawarah untuk menyerang Cenrana tujuh hari akan datang.

Pada hari yang ditentukan mereka pun menyerang dan membakar Cendrana yang mana merupakan wilayah kekuasaan Gowa pada waktu itu.

Lalu mereka sepakat kembali ke Timurung untuk mempererat persaudaraan mereka dalam menghadapi serangan-serangan dari Kerajaan Gowa.

Courtesy of Attoriolong