Logo

Potensi Dampak Fenomena La Nina 2021/2022 di Sulteng

Ilustrasi Kondisi Cuaca. Foto: BMKG

INFOSULAWESI.com, PALU -- Berbagai lembaga penyelenggara meteorologi di dunia memprediksi La Nina 2021 berlanjut dengan intensitas lemah sampai moderat, dan diperkirakan berlangsung sampai triwulan pertama tahun 2022. BMKG secara nasional memprediksi awal Musim Hujan 2021/2022 maju pada 46% Zona Musim (ZOM) dan curah hujan Atas Normal pada 25% ZOM. Pada daerah endemik banjir dengan fenomena alam ini diperlukan strategi khusus untuk mengantisipasi dampak kerugiannya baik korban jiwa maupun kerugian materil.

Fenomena alam La Nina adalah suatu kondisi menyimpangnya perilaku atmosfer di Samudera Pasifik. Penyimpangan ini ditandai dengan mendinginnya suhu permukaan laut pada area yang sangat luas, dari bagian Timur dekat benua Amerika hingga bagian Pasifik Tengah dekat Polynesia. Penyimpangan suhu permukaan laut ini membawa dampak konvergensi di sekitar wilayah perairan Pasifik Barat hingga wilayah perairan Indonesia.

Fenomena alam ini berdampak secara global, bukan hanya di Indonesia saja. Di beberapa negara berakibat naiknya frekuensi kejadian ekstrim seperti badai salju, badai Typhoon, badai Tropis, hujan lebat; dan sebaliknya memberikan dampak kekeringan di beberapa negara. Secara umum dampak La Nina di Indonesia berupa meningkatnya akumulasi curah hujan yang menyebabkan banjir, banjir bandang, badai petir dan gelombang perairan yang tinggi.

Fenomena La Nina merupakan gejala alam yang berulang, kejadiannya bukan hanya sekali saja. Dalam catatan BMKG, setidaknya terjadi 17 kali dalam kurun waktu 40 tahun terakhir. Dari beberapa kejadian tersebut, tidak ada satupun identik baik waktu kejadiannya maupun magnitudenya.

Puncak La Nina biasanya berhubungan dengan nilai terrendah anomali _Sea Surface Temperature (SST)_ pada Nino3.4. Daerah Nino3.4 adalah lokasi di Samudera Pasifik yang merupakan irisan dari region 3 yang berada di samudera Pasifik timur dengan dengan region 4 yang berada di bagian tengah samudera Pasifik. Puncak indeks terrendahnya biasanya terjadi pada bulan Desember - Januari menandakan puncak fenomena La Nina.

Dampak di Sulawesi tengah

Penampakan alam Sulawesi tengah banyak dikelilingi oleh wilayah daratan yang dikelilingi perairan, dimana kebanyakan masyarakat bertumpu pada mata pencaharian sebagai Petani dan Nelayan. Transportasi masyarakat juga banyak dilakukan melalui jalur laut untuk menghubungkan masyarakat di kepulauan.

Data dari Ditjen Tanaman Pangan Kementan mencatat luasan sawah yang terkena banjir meningkat setiap kejadian La Nina, selain itu serangan hama Wereng Batang Coklat juga meningkat seiring dengan kenaikan kelembaban udara sebagai pemicunya.

Dampak Fenomena La Nina bukan hanya berpengaruh pada sektor pertanian. Sektor transportasi juga perlu mendapatkan perhatian serius. Kegiatan pelayaran rakyat dan transportasi komersial harus diutamakan untuk mencegah kecelakaan transportasi laut yang disebabkan oleh arus laut dan gelombang tinggi.

Selain itu, frekuensi kejadian bencana cuaca ekstrim seperti hujan lebat yang disertai angin kencang dan badai petir kerap kali menyertai fenomena ini. Masyarakat yang berdomisili pada tingkat kecuraman tinggi memerlukan kewaspadaan tinggi ketika terjadi hujan lebat, karena hujan lebat dapat menyebabkan tanah retak dan longsor. (*/bmkg)

Antispasi Dampak Kerugian

Menghadapi dampak yang diakibatkan fenomena alam La Nina di Sulawesi Tengah semestinya diproritaskan penanganannya pada wilayah dengan curah hujan tinggi sekaligus wilayah rawan banjir, wilayah perairan dan daerah lumbung padi.

Pengelolaan lahan dan air lebih baik seperti konservasi kelebihan air dengan pemanfaatan biopori, bangunan penampung air (waduk/dam) harus menjadi prioritas. Tak kalah pentingnya adalah perbaikan saluran drainase dan pembuangan yang baik, serta normalisasi daerah aliran sungai.

Media diseminasi informasi peringatan dini dan cuaca pelayaran agar lebih dikenal masyarakat untuk menjaga keselamatan pelayaran dan transportasi laut. Masyarakat pesisir dipastikan mudah mendapatkan akses informasi cuaca pelayaran untuk menunjang keselamatannya.

Pemerintah dan masyarakat agar tetap waspada dengan kondisi alam ini, bersinergi satu dengan yang lain dan tetap dalam satu koordinasi yang solid untuk meminimalisir dampak kerugian jiwa dan material.