Logo

Nekad Nikah Walau Beda Keyakinan, Pernikahan Hanya Bertahan Satu Tahun

Ilustrasi Intermezzo (GRAFIS: FAJAR KRISNA)

INFOSULAWESI.com  --  Menjalin hubungan berbeda keyakinan, memang berat. Lho wong seiman saja bisa pedot di tengah jalan. Tapi, harusnya bisa langgeng bila memang saling cinta. 

Seperti yang dialami Karin, 25, dan Donwori, 27. Mereka nekat menikah meskipun orang tua Karin tak merestuinya. Restu itu tak dikantongi keduanya, yak arena beda agama itu tadi. 

Karin sebelumnya diberi janji oleh Donwori mau pindah keyakinan saat sebelum menikah. Janji itu ditepati Donwori. Ia benar-benar mengikuti keyakinan Karin. Pernikahan pun digelar dengan lancar dan membahagiakan semua pihak.

Tapi, kegembiraan dan suka cita itu tidak berlangsung lama. Kisruh mulai muncul di tahun kedua pernikahan. Tanpa sepengetahuan Karin, Donwori ternyata kembali memeluk keyakinannya yang lama. “Mas Wori sudah berani mengkhianati perjanjian suci kita,” sesal ibu satu anak itu.

Karin mengetahui suaminya pindah keyakinan lagi ketika Donwori selalu pergi tiap hari Minggu dengan pakaian rapi dan bau yang harum.  Pamitnya sih karena mau ketemu teman-teman lamanya. “Tapi, ketemu temen kok tiap minggu. Nggak pernah absen. Apa temen-temennya itu nggak sama keluarganya,” curhat Karin.

Soal dandanan yang rapi, awalnya Karin tak terlalu curiga. Karena sudah jadi kebiasaan Donwori jika keluar rumah maka ia akan selalu berpakaian rapi. “Yang bikin saya bertanya-tanya, kalau aku mau ikut, dia selalu mbulet njawabnya. Intinya, saya nggak boleh ikut. Padahal kalau memang ketemu temen, seharusnya ya nggak pa-pa juga kan istrinya ikut,” urainya.

Hingga akhirnya, di pertengahan 2019 lalu, tiba-tiba Donwori mengatakan hal yang sebenarnya. Bahwa ia sudah kembali memeluk agamanya yang dulu. Bahkan, Donwori juga mengajak Karin dan buah hatinya untuk mengikuti keyakinannya. “Rasane awak iki koyok melayang. Kaget sak kaget-kagete,” ungkapnya.

Diakui Karin, kejujuran Donwori itu jauh di luar perkiraannya. Sekali pun Karin gak berpikiran kalau suami yang dicintainya itu kembali ke keyakinannya yang lama. “Saya hormati kejujurannya dan keputusannya. Tapi, saya juga berhak kecewa karena semua itu tidak dibicarakan dengan saya. Padahal saya ini kan masih sah sebagai istrinya,” cerita Karin lalu menitikkan air mata.

Karin pun dibuat bingung. Di satu sisi, ia merasa jika keyakinan itu hak azasi setiap orang, termasuk suaminya. Tapi di sisi lain, dia juga merasa sudah dikhianati orang yang dicintainya. “Yok opo maneh, akhire ya bilang ke orang tua. Bapak-ibuk melarang saya ikut (keyakinan, Red) Mas Wori,” ujarnya.

Karin memang dilahirkan di tengah keluarga yang sangat ketat soal agama.  Makanya itu ketika menikah, ia ingin Donwori mengikuti agamanya. “Kalau mendengar hal itu saya rasanya tidak bisa berkata-kata. Karena selama ini ingin memegang teguh dan meyakinkan kepercayaan kedua orang tua saya,” ungkapnya. 

Karena dipaksakan, kedua orang tua Karin meminta agar anaknya menolak ajakan Donwori jika dipaksa untuk pindah keyakinan.

Memang dasarnya kedua orang tua Karin berasal dari keturuanan yang agamis. Bahkan sebelum menikah Karin sudah diingatkan kalau menikah berbeda keyakinan itu berisiko seperti yang dialaminya saat ini. 

Namanya sudah cinta dan terlanjur dalam menjalani hubungan pacaran, Karin kini menyesali itu. Ya lantaran tak mengindahkan nasihat kedua orang tuanya. Akhirnya keduanya pun memilih berpisah secara hukum. Karin juga meminta hak asuh anak di Pengadilan Agama (PA) Klas IA Surabaya. 

“Karena sama-sama ngotot soal keyakinan, saya putuskan untuk pisah. Dia juga sudah mengingkari janji kepada saya dan keyakinan saya,” pungkasnya. (radarsurabaya)