SEJUMLAH wilayah di Indonesia termasuk Jakarta beberapa hari ini dilanda bencana banjir. Hal ini lebih disebabkan tingginya intensitas hujan yang mengguyur daerah-daerah tersebut.
Bencana hidrometeorologi ini mengakibatkan ribuan orang yang terdampak terpaksa mengungsi hingga air surut kembali dan pada beberapa wilayah juga terdapat korban jiwa. Dampak lainnya adalah sektor transportasi dan ekonomi karena terputusnya jalan penghubung akibat genenagan air, longsor dan terputusnya jembatan oleh arus air sungai yang deras.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebenarnya sudah memprediksi soal potensi cuaca ekstrem yang akan melanda sejumlah wilayah di Tanah Air. Puncak musim hujan yang terjadi pada Januari hingga Februari 2025, memicu risiko bencana hidrometeorologi, termasuk banjir, longsor, dan banjir rob di kawasan pesisir.
Menyikapi kebencanaan yang frekuensinya terus meningkat setiap tahun, pemikiran terhadap penanggulangan bencana harus dipahami dan diimplementasikan oleh semua pihak. Sebab bencana adalah urusan semua pihak.
Secara periodik, Indonesia sudah membangun sistem nasional penanggulangan bencana. Sistem nasional ini mencakup beberapa aspek antara lain, legislasi, kelembagaan, dan pendanaan.
Kita harus menyadari banjir merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia yang dampaknya dapat menghancurkan infrastruktur, mengganggu kehidupan sehari-hari, dan menyebabkan kerugian ekonomi yang besar. Karenanya mitigasi bencana banjir sangat penting untuk mengurangi risiko dan dampak yang ditimbulkan.
Beberapa strategi dan tindakan efektif dalam mitigasi bencana banjir seperti, pengelolaan tata ruang dan lingkungan, sistem peringatan dini, dan pengembangan infrastruktur pengendalian banjir. Selain itu, rehabilitasi dan konservasi lingkungan, pendidikan dan peningkatan kesadaran masyarakat, perencanaan dan latihan tanggap darurat seta kerja sama antarlembaga.