Logo

Perubahan Iklim Mengancam, Kolaborasi Jadi Kunci

Ilustrasi seorang bocah di tengah perubahan iklim yang ekstrem (Foto: Freepik)

PERUBAHAN iklim bukan lagi wacana, karena telah menjadi kenyataan global, yang dampaknya makin terasa dan tak bisa diabaikan. Naiknya permukaan laut, berkurangnya air bersih, rusaknya ekosistem pesisir dan hutan, serta meningkatnya frekuensi bencana alam seperti banjir dan kekeringan, itu semua adalah sinyal darurat yang harus kita sikapi.

Studi dari United Nations University – Institute for Water, Environment and Health menunjukkan, perubahan iklim sangat berpengaruh pada siklus air, baik dari segi jumlah, kualitas, hingga ketahanan infrastruktur yang menopang kehidupan.

Di Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, juga mencatat dampak besar krisis iklim terhadap keanekaragaman hayati, meningkatnya suhu ekstrem, hingga deforestasi yang memperburuk kondisi lingkungan.

Namun kabar baiknya, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto memasukkan isu perubahan iklim dalam Asta Cita, atau delapan prioritas pembangunan nasional. Fokusnya adalah pembangunan berkelanjutan, pelestarian lingkungan hidup, serta penguatan strategi mitigasi dan adaptasi iklim yang terintegrasi.

Tentu peran pemerintah sangat penting, tapi harus didukung pula oleh kolaborasi luas dari organisasi internasional, sektor swasta, dunia pendidikan, hingga masyarakat sipil. Upaya bersama seperti rehabilitasi hutan, pengelolaan air terpadu, hingga inovasi teknologi ramah lingkungan harus terus digalakkan.

Krisis iklim adalah nyata dan menjadi tanggung jawab kita semua. Kecil atau besar, setiap langkah kita dalam menghemat energi, menjaga air, menanam pohon hingga tidak membuang sampah di sembarang tempat, sangat berarti untuk masa depan bumi.

EFR55

Simak berita dan artikel lainnya di: Google News infosulawesi.com

WA12
Ikuti info terbaru di: WhatsApp Channel Infosulawesi