INFOSULAWESI.com, MAKASSAR -- Kepala Biro Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) Setda Provinsi Sulawesi Selatan, A. Kasman, memaparkan Rancangan Proyek Perubahan (RPP) bertajuk Real-time Likuiditas Marketplace Baju Bodo atau Retas Marketplace di Provinsi Sulsel dalam Seminar Nasional Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat II Angkatan IX yang diselenggarakan oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI.
Dalam forum nasional tersebut, A. Kasman mempresentasikan konsep pengembangan aplikasi Baju Bodo, sebuah platform digital pengadaan barang/jasa milik Pemprov Sulsel, yang kini siap ditingkatkan melalui fitur real-time likuiditas untuk mendukung efisiensi antarpenyedia.
Seminar berlangsung secara hybrid dan dibagi dalam empat kelompok supervisi. Salah satu mentor yang hadir secara daring adalah Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, Jufri Rahman, yang menyampaikan dukungan penuh terhadap proyek perubahan tersebut.
“Saya meyakini bahwa proyek perubahan ini telah dirancang secara sistematis, partisipatif, dan berbasis data. A. Kasman memimpin seluruh tahapan dengan cermat, mulai dari identifikasi hingga desain perubahan yang relevan,” ujar Jufri Rahman.
Lebih lanjut, ia mengapresiasi penggunaan pendekatan analisis SWOT dan pemetaan pemangku kepentingan melalui model LAPD (Latent – Apathetic – Promotor – Defender) untuk memperjelas posisi dan pengaruh stakeholders terhadap proyek.
Ia mendukung penuh proyek ini, sebab dapat memperkuat sistem pengadaan yang transparan dan meminimalkan potensi intervensi sejak dini.
Ia pun menyebut bahwa inovasi ini selaras dengan visi Sulsel sebagai provinsi yang maju dan berkarakter menuju Indonesia Emas 2045.
"Saya kira apa yang dipaparkan oleh A Kasman ini saya kira ini akan membantu pemerintah provinsi Sulsel dan kabupaten kota yang ada di Sulsel untuk membangun birokrasi yang bersih dan melayani untuk menuju Indonesia emas 2045 sekaligus untuk mewujudkan visi Sulsel sebagai provinsi yang maju dan berkarakter," tandasnya.
Sementara itu, A. Kasman dalam paparannya menjelaskan bahwa aplikasi Baju Bodo kini telah terdaftar 2.238 penyedia, di mana 98 persen merupakan UMKM lokal Sulsel, serta menawarkan 33.709 produk dari 14 komoditas, dengan 85 persen merupakan produk dalam negeri.
Aplikasi ini menempati peringkat ketiga secara nasional dalam transaksi marketplace pengadaan pemerintah (data Tokodaring LKPP), dengan nilai transaksi mencapai Rp211,7 miliar.
Menurutnya, proyek ini ditargetkan memiliki dampak berjenjang. Jangka pendek, terwujudnya layanan likuiditas real-time dan kolaborasi dengan lembaga keuangan. Jangka menengah, integrasi sistem dan peningkatan fungsi marketplace, serta jangka panjang, kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Ia juga memetakan permasalahan utama UMKM yaitu keterbatasan akses pasar dan rantai pasok yang tidak efisien, serta merumuskan solusinya melalui pendekatan SWOT berbasis adopsi digital.
"Kami nanti akan melaksanakan Analisis SWOT dimana kekuatan-internal, kelemahan, ancaman-eksternal, peluang-internal salah satunya adalah peningkatan adopsi digital," ungkapnya. (*)
Simak berita dan artikel lainnya di: Google News infosulawesi.com
Ikuti info terbaru di: WhatsApp Channel Infosulawesi