JAKARTA -- Pemerintah optimistis swasembada beras 2025 dengan stok impor dan produksi meningkat, meski menghadapi tantangan air dan perubahan iklim. Hal ini disampaikan oleh Pengamat Pertanian dan Anggota Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori.
“Kalau pemerintah bisa memastikan bahwa produksi itu bisa dijaga terus naik, dan itu tidak mudah. Itu kemungkinan kita akan bisa mempertahankan swasembada,” ucap Khudori, Rabu (19/3/2025).
Selain itu, lanjut dia, keputusan untuk tidak menugaskan Bulog mengimpor beras bukan berarti tidak ada impor sama sekali. Impor oleh pihak swasta tetap berlangsung, terutama untuk jenis beras khusus seperti basmati dan japonica.
“Badan Pusat Statistik melaporkan ada impor beras sampai Februari, jumlahnya nggak gede sih ya, 95 ribu ton. Nah, ini impor yang dilakukan oleh swasta,” ujarnya.
Ia mengatakan, ketersediaan stok juga menjadi faktor penentu keberlanjutan swasembada beras. Stok awal tahun 2025 masih berasal dari impor tahun sebelumnya yang cukup besar, sekitar 1,9 juta ton.
Selain stok, menurutnya, tren konsumsi beras masyarakat juga mengalami perubahan. Konsumsi per kapita cenderung turun, tetapi permintaan total masih meningkat karena pertumbuhan penduduk dan perubahan pola konsumsi.
Untuk menjaga swasembada beras dalam jangka panjang, pemerintah harus memastikan peningkatan produksi berkelanjutan. Dengan strategi yang tepat, swasembada beras bukanlah hal yang mustahil, meskipun tantangan yang dihadapi cukup berat.
Simak berita dan artikel lainnya di: Google News infosulawesi.com
Ikuti info terbaru di: WhatsApp Channel Infosulawesi