Logo

Antisipasi Krisis Pangan dan Energi, Jokowi Minta Fokus pada 3 Hal Ini

Presiden Joko Widodo (Jokowi) .

INFOSULAWESI.com, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta jajaran kementerian/lembaga untuk fokus kepada tiga hal dalam upaya mengantisipasi krisis pangan dan energi akibat situasi dunia yang masih dalam kondisi tidak normal.

Arahan tersebut disampaikan Jokowi saat memimpin Sidang Kabinet Paripurna (SKP), di Istana Negara, Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (20/06/2022)

“Krisis energi, krisis pangan, krisis keuangan sudah mulai melanda beberapa negara. Ada kurang lebih 60 negara yang dalam proses menghadapi tekanan karena utang, sehingga menekan ekonominya, tidak ada devisa, dan masuk pada yang namanya krisis ekonomi, krisis keuangan negara itu. Contohnya satu, dua, tiga sudah mulai kelihatan dan diperkirakan nanti akan sampai ke angka tadi. Inilah yang harus betul-betul kita antisipasi,” kata Jokowi.

Presiden meminta jajarannya untuk terus menyampaikan perkembangan situasi global saat ini kepada masyarakat, termasuk krisis yang memicu kenaikan harga komoditas pangan dan energi.

“Sehingga rakyat tahu bahwa posisi kita ini kalau dibandingkan negara lain ini masih pada kondisi yang sangat baik,” ujar Jokowi.

Selain itu, Kepala Negara meminta jajaran terkait untuk melakukan penghematan sekaligus mencegah terjadinya kebocoran pada dua sektor tersebut.

“Mana yang bisa diefisiensikan, mana yang bisa dihemat, kemudian mana kebocoran-kebocoran yang bisa dicegah, semuanya harus dilakukan posisi-posisi seperti ini,” terang Jokowi.

Ia mencontohkan, BUMN di sektor energi, seperti Pertamina dan PLN harus melakukan efisiensi, tidak hanya bergantung dari subsidi pemerintah.

“Jadi terkait dengan krisis energi, baik itu yang namanya BBM, gas, Solar, Pertalite, Pertamax, listrik, ini jangan sampai terlalu mengharapkan, utamanya Pertamina, terutama juga PLN, terlalu mengharapkan dan kelihatan sekali hanya mengharapkan subsidinya di Kementerian Keuangan. Mestinya di sana juga ada upaya-upaya efisiensi. Jadi dua-duanya berjalan,” jelas Jokowi.

Untuk itu, Jokowi meminta jajaranya fokus pada 3 hal ini. Pertama, meningkatkan produksi pangan besar-besaran, baik itu dari petani, korporasi dan BUMN. Semua produksi pangan harus diperhatikan dengan serius agar tidak terjebak dalam rutinitas harian.

“Yang sering kita kejebak di situ, sehingga strategi besar hilang, hal-hal besar yang harus kita lakukan malah hilang,” tutur Jokowi.

Dalam produksi pangan, Jokowi meminta agar jenis komoditi yang ditanam disesuaikan dengan kondisi daerah. Seperti di kawasan Nusa Tenggara Timur (NTT), ketika ditanami jagung tidak hidup, tetapi saat ditanami sorgum malah bertumbuh hijau. Setelah dicek, ternyata memang dulu yang banyak ditanami di NTT adalah tanaman sorgum.

Kedua, setelah bisa melakukan produksi pangan besar-besaran, langkah selanjutnya memastikan untuk mekanisme pemasarannya. Dikatakan, percuma produksi banyak, namun tidak ada pembelinya.

“Bisa segera dipastikan yang beli siapa. Petani produksi terus, tetapi yang membeli harus ada. Jangan sampai petani produksi banyak, tidak ada yang beli,” tegas Jokowi.

Ketiga, kata Jokowi, harus segera disusun rencana besar dalam ketahanan pangan, mulai dari produksi hingga pemasarannya.

“Jangan kayak Bulog. Ambil petani banyak-banyak, setop, tidak bisa jual. Sehingga kualitasnya menjadi turun, ada yang busuk, rusak. Ini juga jangan. Artinya, semua harus ada grand plan-nya, rencana besarnya seperti apa,” tegas Jokowi.

Semua itu, ungkap Jokowi, memang memerlukan orkestrasi yang baik antara kementerian, lembaga, BUMN, swasta dengan daerah.(B1)