INFOSULAWESI.com, JENEPONTO -- Daerah Kabupaten Jeneponto merupakan salah satu daerah yang paling banyak memproduksi garam di Sulsel, namun Jeneponto saat ini masuk dalam kategori daerah yang paling miskin di Sulawesi Selatan.
Hal tersebut dapat dilihat dari survei Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel pada bulan Maret 2022 lalu, ada lima Kabupaten paling miskin di Sulsel. Termasuk Kabupaten Jeneponto yang berada di urutan pertama dengan persentase 14,28 persen.
Kemudian disusul oleh Kabupaten Pangkep dengan persentase 14,28 persen, Luwu Utara 13,59 persen, Luwu 12,52 persen, dan Enrekang 12,47 persen. Khusus Jeneponto ini berada diangka kemiskinan yang cukup relatif terjaga disetiap tahun.
Pada tahun 2019, angka kemiskinan mencapai 54 ribu jiwa, 2020 sebesar 53 ribu, dan 2021 sebanyak 52 ribu. Angka persentasenya di kisaran 14 persen dari jumlah penduduk.
Persentase kemiskinan yang ada dikabupaten Jeneponto mencapai 14,88 persen sesuai data ditahun 2019 lalu. Angka ini melampaui rata-rata kemiskinan Sulsel 8,69 persen. Juga di atas rata-rata nasional 9,82 persen.
Pemerintah Daerah Jeneponto harusnya lebih memperhatikan kondisi tersebut, karena angka kemiskinan saat ini semakin meningkat sesuai dengan survei yang ditunjukkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel.
Jika angka kemiskinan ini meningkat dan tidak diperhatikan oleh pemerintah setempat, maka sudah dipastikan bahwa pemerintahan sudah gagal dalam memimpin daerahnya.
Selama dipimpin oleh Iksan Iskandar yang sudah memasuki dua periode itu selalu menjadi kabupaten termiskin dan tertinggal di Sulsel beberapa tahun belakangan.
Kepala BPD Sulsel Suntono mengatakan ada beberapa komoditas yang memberikan pengaruh terbesar terhadap garis kemiskinan (GK) di Sulsel. Hal ini juga memicu tingginya angka kemiskinan.
“Komoditas itu seperti beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, ikan bandeng, kue basah, dan mi instan,” ujarnya.
Secara substansial, bahwa komoditas yang paling berpengaruh besar itu terhadap kemiskinan di pedesaan adalah makanan. Sedangkan di perkotaan lebih dipengaruhi oleh bukan makanan.
“Jika kita lihat berdasarkan data, garis kemiskinan makanan menguasai kurang lebih 75 persen dari total garis ,” sambungnya Suntono.
Penulis : Ikbal Nur