JAKARTA — Suasana meriah penuh sukacita dan kehangatan mewarnai pelaksanaan Ibadah Syukur dan Sitammu Mali 2025 yang digelar oleh Ikatan Keluarga Toraja (IKAT) Jabodetabek di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur, Sabtu (25/10/2025). Kegiatan yang dimulai sejak pukul 09.00 pagi hingga 18.00 sore itu berlangsung meriah tanpa jeda, diiringi antusiasme luar biasa dari seluruh peserta dan pengunjung.
Dari awal hingga akhir acara, ribuan warga Toraja yang datang dari berbagai wilayah Jabodetabek tetap bertahan di lokasi. Tak ada yang beranjak sebelum kegiatan benar-benar usai. Suasana makin hangat saat Dero, tarian kebersamaan khas Toraja, menggema dan mempertemukan sembilan kerukunan keluarga Toraja yang hadir.
Salah satu momen paling mencuri perhatian adalah ketika PIN (Perempuan Ikat Nusantara) ikut tampil dalam sesi Dero dengan lagu “Tabola Bale”. Irama yang enerjik dan lantunan vokal para anggota PIN mengundang sorak-sorai, membuat seluruh pengunjung serentak ikut bergoyang bersama. “Rasanya seperti kembali ke kampung halaman, kangen yang lama tertahan akhirnya terobati. Acara ini sangat luar biasa,” ujar Maria, salah satu pengunjung yang tampak larut dalam suasana.
Frederik Kalalembang: Saatnya Kita Satukan Kekuatan Orang Toraja
Kehangatan acara semakin lengkap dengan kehadiran Irjen Pol (P) Drs. Frederik Kalalembang, Anggota DPR RI Fraksi Partai Demokrat sekaligus Ketua Umum Ikatan Keluarga Toraja Nusantara (IkaTNus). Ia hadir bersama istri tercinta, Christine Kalalembang, yang juga menjabat sebagai Ketua Umum PIN (Perempuan Ikat Nusantara). Keduanya tidak sekadar hadir sebagai tamu kehormatan, tetapi benar-benar larut dalam setiap rangkaian acara, bahkan ikut berbaur dalam tarian dan kebersamaan hingga acara selesai.

Frederik Kalalembang mengatakan pentingnya menjaga persatuan dan solidaritas antarorang Toraja, di manapun berada. “Kita boleh punya banyak organisasi, tetapi kita hanya punya satu darah dan satu budaya yakni Toraja. Mari kita jadikan kebersamaan ini bukan hanya perayaan, tetapi komitmen untuk saling menjaga, saling menguatkan, dan saling menopang dalam persatuan,” ujarnya.
Frederik menambahkan, kegiatan seperti Sitammu Mali harus menjadi ruang kebersamaan lintas generasi, tempat di mana orang muda belajar menghargai budaya dan orang tua mewariskan nilai-nilai luhur kepada anak cucu.
“Kita ini orang Toraja hebat. Di mana pun berada, semangat Sikamali (saling merindukan), Sipakaboro (saling mengasihi), Siangkaran (saling mendukung/mengangkat) harus terus kita hidupkan. Jangan biarkan perbedaan pandangan memisahkan kita,” tambahnya.
Frederik Kalalembang juga menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung yang menyempatkan hadir disela kesibukannya sebagai gubernur. Ia juga tidak lupa mengapresiasi Ketua Umum IKAT Jabodetabek drg. Ferry Latanna, Sp. PM., FISID, serta Ketua Panitia Berthanatalia, SH., MH.

“Saya menyampaikan penghargaan yang tulus kepada Bapak drg. Ferry Latanna dan Ibu Berthanatalia atas kerja keras dan dedikasi luar biasa mereka. Acara yang penuh makna ini sukses karena semangat gotong royong dan pengabdian tanpa pamrih dari seluruh panitia dan pengurus,” tutur Frederik.
Christine Kalalembang dan PIN: Energi Baru dalam Kebersamaan
Sementara itu, Christine Kalalembang bersama para anggota PIN menjadi pusat perhatian lewat penampilan mereka yang penuh semangat dan keceriaan. Lagu “Tabola Bale” yang mereka bawakan menjadi simbol harmoni antara budaya dan modernitas. Christine menyampaikan bahwa perempuan Toraja harus menjadi pelopor dalam mempererat jaringan sosial dan budaya di tanah rantau.
“Kami ingin menunjukkan bahwa perempuan Toraja bukan hanya pendamping suami, tapi juga penggerak budaya dan penjaga nilai-nilai persaudaraan,” tuturnya.
Gubernur Pramono Anung: Toraja adalah Warisan Budaya yang Menyatukan
Turut hadir dalam acara tersebut, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung, yang memberikan apresiasi tinggi kepada masyarakat Toraja di perantauan.

“Semangat gotong royong dan nilai kekeluargaan masyarakat Toraja adalah kekayaan yang memperkaya wajah Jakarta sebagai kota yang inklusif dan berkeadaban,” ujarnya.
Pramono menilai, nilai-nilai luhur Toraja seperti siama, si pakabaru, dan si randean yang berarti saling menghargai, menolong, dan menghormati, menjadi contoh penting dalam menjaga harmoni kehidupan urban Jakarta. Ia juga membuka ruang kolaborasi antara Pemprov DKI dan Pemerintah Kabupaten Tana Toraja dalam bidang kebudayaan, ekonomi, dan digitalisasi layanan publik.
“Saya berharap komunitas Toraja di Jakarta terus rukun, bergotong royong, dan memberikan kontribusi positif bagi kota ini. Anggaplah Jakarta sebagai rumah bersama, kota yang kita bangun dan kita jaga bersama,” tambahnya.
Kebersamaan yang Tak Berakhir di Sore Hari

Menjelang petang, ketika matahari mulai turun di ufuk barat, para peserta masih enggan meninggalkan lokasi. Musik, tawa, dan sapaan akrab terus terdengar di antara deretan tenda dan stan kuliner khas Toraja. Bagi mereka, Sitammu Mali bukan sekadar acara tahunan, tetapi sebuah peristiwa batin yang menghidupkan kembali rasa rindu akan kampung halaman dan mempererat tali kasih di tanah rantau.
Kegiatan Sitammu Mali 2025 menjadi bukti bahwa budaya Toraja tidak hanya hidup di tanah asalnya, tetapi juga terus tumbuh, beradaptasi, dan menyatukan hati warganya di mana pun mereka berada. (*)

