Logo

UMKM Outlook 2024

Bahrul ulum Ilham (Dosen ITB Nobel Indonesia dan Konsultan PLUT Sulawesi Selatan)

Jelang akhir tahun atau menyambut awal tahun menjadi momentum tepat melakukan “proyeksi” atau “pandangan ke depan” yang biasanya disebut dengan istilah "outlook".

Dalam konteks bisnis atau ekonomi, perkiraan atau pandangan ke depan ini tidak hanya memberikan gambaran tentang masa depan ekonomi, tetapi juga memainkan peran kunci dalam membentuk kebijakan, keputusan bisnis, dan memberikan pedoman bagi pelaku ekonomi dalam menghadapi tantangan dan peluang.

Memasuki tahun 2024 sebagai tahun politik akan berdampak sangat penting terhadap perkembangan dan parameter ekonomi lainnya. Sementara dunia menghadapi berbagai risiko dan ketidakpastian yang timbul dari kondisi politik dan moneter global.

Bank Indonesia (BI) melalui deputi Gubernur Senior, Destry Damayanti menyebut, pemilu 2024 menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang mendorong konsumsi rumah tangga dan konsumsi lembaga non-profit, sehingga memproyeksikan ekonomi tahun 2024 dalam kisaran 4,7% hingga 5,5% secara tahunan.

Pemerintah sendiri telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% pada tahun 2024.

Di tengah gejolak ekonomi global dan proyeksi tantangan ekonomi tahun depan, Indonesia memiliki faktor kunci yang dapat menjadi pondasi utama dalam menjaga stabilitas ekonomi, yaitu dengan menggerakkan sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Sebagai pilar utama ekonomi nasional, UMKM memiliki potensi besar untuk menjadi penggerak pertumbuhan dan penyangga ekonomi di tengah situasi yang tidak pasti.

Kementerian Koperasi dan UKM menargetkan tahun 2024, transformasi koperasi dan UMKM dapat lebih inklusif dan berkelanjutan. Dalam rilis akhir tahun, Kementerian Koperasi dan UKM akan fokus pengembangan ekonomi pada ekonomi biru yaitu akuakultur dan ekonomi hijau yaitu agrikultur.

Selain itu, Kemenkop UKM di tahun 2024 memperluas penerima manfaat kepada anak muda, perempuan, dan penyandang disabilitas. Menkop UKM, Teten Masduki (21/12/2023) menyebut, ekonomi hijau dan ekonomi biru dipilih karena merupakan keunggulan domestik Indonesia dengan tren konsumsi yang terus tumbuh.

Optimisme pengembangan UMKM tahun depan dilihat dari komitmen para pasangan capres dan cawapres. Siapapun pemimpin baru negeri ini, UMKM tetap menjadi perhatian utama sehingga makin maju dan mampu mewujudkan fundamental perekonomian nasional yang kuat.

Dukungan komprehensif dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat menjadi kunci dalam meningkatkan daya saing UMKM. Pelatihan, akses pasar, adopsi teknologi, dan perbaikan regulasi merupakan langkah-langkah krusial untuk membantu UMKM menjadi lebih tangguh dan bersaing di panggung ekonomi yang semakin kompleks, sehingga dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat di masa depan.

Sejumlah tantangan masih dihadapi pelaku UMKM, termasuk fluktuasi ekonomi global, perubahan regulasi, dan perluasan adaptasi terhadap perubahan tren pasar.

Oleh karena itu, strategi adaptasi dan inovasi dianggap sebagai kunci sukses menghadapi dinamika bisnis pada tahun 2024.

Tantangan UMKM di tanah air terutama formalisasi UMKM dan mendukung UMKM bisa naik kelas. Pendampingan yang melekat dan terstruktur menjadi kunci agar Usaha Mikro dapat meningkatkan efisiensi produksi, produktifitas, dan daya tahannya dalam menghadapi persaingan sehingga bisa naik kelas.

KemenKop UKM merilis, dari 64,19 juta UMKM di Indonesia, 64,14 juta adalah usaha mikro dan kecil (UMK) yang sebagian besar berada di sektor informal, sehingga perlu didorong untuk bertransformasi menjadi formal. Berdasarkan gambaran profil UMK 2019, dari total 4.380.176 usaha, 96% usaha tidak memiliki sertifikat.

Dari total 4% (168.161 Usaha) memiliki sertifikat berupa sertifikat SNI, HKI, dan sertifikat lainnya. Sertifikasi halal sebagai upaya membangun daya saing UMKM menjadi tantangan tersendiri, seiring kewajiban seluruh seluruh produk dari pelaku usaha sudah harus bersertifikat halal di tahun 2024.

Pemerintah menargetkan untuk mengintegrasikan 30 juta Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ke dalam ekosistem digital hingga akhir tahun 2024. Data Kemenko Marves, per Juni 2023, terdapat 22 juta UMKM yang tergabung dalam ekosistem digital.

Sementara Menkominfo merilis Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) yang menunjukkan pilar pemberdayaan, terutama literasi dan kapasitas masyarakat (khususnya UMKM) dalam memanfaatkan teknologi digital untuk aspek ekonomi, mendapatkan skor terendah, yaitu 22,06 dari 100.

Memasuki tahun 2024 UMKM perlu melakukan transformasi dengan melibatkan multipihak dengan pendekatan berbasis ekosistem dari hulu ke hilir, serta melakukan akselerasi melalui digitalisasi.

Akselerasi digitalisasi menjadi solusi untuk meningkatkan level baru UMKM Indonesia atau naik kelas melalui perluasan akses pasar, pembiayaan, dan jaringan rantai pasok.

Pelaku UMKM juga dituntut meningkatkan daya saing melalui inovasi. Dengan melakukan inovasi ini menjadi kunci keberhasilan untuk meningkatkan daya saing bisnis.

Artinya, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) perlu melakukan inovasi agar dapat mendesain organisasinya lebih fleksibel, yang memungkinkan beradaptasi terhadap perubahan orientasi pasar.

Dengan melakukan inovasi secara terus menerus, Usaha Kecil dan Menengah dapat bersaing dan terus hidup (sustainability).

Mari menyongsong tahun 2024 dengan penuh optimisme sebagai momentum untuk mencapai kemajuan dengan meningkatkan skala UMKM. Selamat menyambut tahun 2024!

Penulis: Bahrul ulum Ilham (Dosen ITB Nobel Indonesia dan Konsultan PLUT Sulawesi Selatan)

Cek berita dan artikel yang lain infosulsawesi.com di Google News