Logo

Puan Maharani Besok Kunjungi Airlangga, Minggu Menemui Prabowo Subianto

Puan Maharani ketika berkunjung ke Nasdem Tower bertemu Surya Paloh (Foto: viva.co.id)

INFOSULAWESI.com, JAKARTA -- Safari politik Puan Maharani dan para petinggi PDIP akan berlanjut akhir pekan ini dengan berkunjung ke kantor parpol besar lainnya.

Dikabarkan Sabtu (3/9) besok Puan dan beberapa petinggi PDIP akan mengunjungi Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto. Dilanjutkan pada Minggu (4/9) akan bertemu dengan Ketum Partau Gerindara Prabowo Subianto.

Sebelumnya, Puan sudah berkunjung ke Nasdem Tower menemui Ketum Partai Nasdem Surya Paloh dan para petinggi partai tersebut.

Diperhitungkan bahwa Puan membawa misi PDIP untuk menggalang dukungan menjelang penetapan Capres dan Cawapres pada Pemilu 2024. Sebagai partai dengan hasil kursi terbanyak, hingga saat ini PDIP belum menetapkan Capres/Cawapres.

Masalah ini, menurut Sekjen PDIP Hasto Kristyanto, merupakan kewenangan Ketum PDIP Megawati Soekarniputri. “Terkait dengan Capres dan Cawapres itu [haknya] Ibu Megawati Soekarnoputri,” jelas Hasto kepada awak media di Sekolah Partai PDIP, Jakarta, Jumat (2/9).

Dia menjelaskan, bahwa dalam safari politik Puan, para elite kedua partai akan membahas terkait kerja sama yang berkaitan dengan sejarah, ideologi, dan desain masa depan bangsa. Hasto mengungkapkan saat ini PDIP tak mau hanya fokus kepada nama capres dan cawapres karena yang lebih penting dibahas adalah masalah bangsa.

“Yang perlu dipersiapkan sekarang adalah bagaimana di tengah berbagai tantangan persoalan perekonomian nasional, ketegangan geopolitik di kawasan regional dan dunia, kita menyusun suatu skenario bagi masa depan yang disebut sebagai visi misi,” ujarnya.

Hasto menambahkan, Indonesia harus belajar dari negara lain yang sudah punya desain masa depan bangsanya. Menurutnya, PDIP sedang merancang desain masa depan bangsa Indonesia dan hal tersebut juga yang akan dibicarakan dalam safari politik Puan ke parpol lain. Baca Juga : PDIP Sebut Politik Identitas Masih Marak.

“Bagaimanapun juga, kita harus belajar dari bangsa-bangsa lain yang mana mereka punya desain bagi masa depan dalam perseptif 10 tahun, 20 tahun, 25 tahun, bahkan 50 dan 100 tahun,” ucap Hasto.

Sumber: Berbagai Sumber