INFOSULAWESI.com, MAKASSAR -- Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Makassar Adakan Diskusi Publik yang membahas tentang, Bagaimana Pengamanan Humanis Jelang Pemilu 2024, di Sekretariat AJI Makassar, Jl Pendidikan, Kota Makassar, Kamis (17/11/2022) sore.
Diskusi Publik itu menghadirkan Kapolrestabes Makassar Kombes Budhi Haryanto sebagai pembicara, dan Reny Ayu Selaku MPO AJI Makassar sebagai narasumber yang dimoderatori oleh Ishak Pasabuan.
Sebelum dialog interaktif berlangsung dengan sejumlah pengurus AJI Makassar yang hadir, lebih dahulu Kombes Budhi Haryanto memaparkan berbagai hal, salah satunya terkait pola pengamanan dalam menjaga kondusifitas Kota Makassar.
Menurutnya, terdapat 10 ribu lebih anak yang berpotensi mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat di Ibu Kota Provinsi Sulsel ini, sesuai data ia peroleh dari hasil profiling atau pendataan inteljen di lapangan.
Sementara itu, dirinya pun melakukan pola penggalangan atau merangkul anak-anak itu agar tidak terjerumus dalam tindak kejahatan jalanan atau kriminal lainnya.
"Maka dari itu saya masuk di sini untuk merekrut, meskipun itu belum maksimal. Tetapi paling tidak mereka kenal saya dan nurut apa yang perintahkan oleh pimpinan kecamatan," ujar Kombes Budhi Haryanto
Setelah memaparkan pola pengamanan yang ia terapkan selama ini, moderator Ishak Pasabuan telah membuka sesi tanya jawab, dan pertanyaan pertama itu di munculkan dari MPO AJI Makassar Reny Ayu yang juga jurnalis Harian Kompas.
Kak Reny begitu ia disapa, menanyakan pola pengamanan humanis yang bakal diterapkan Kombes Pol Budhi Haryanto, Sebab kata dia, acap kali pola pengamanan humanis hanya dipahami di tataran pejabat kepolisian.
"Jadi kami ingin tahu, seperti apa sih pola pengaman humanis yang ingin diterapkan nantinya," tanya Reny Ayu.
Sederet persoalan ketidakhumanisan aparat pun bermunculan dalam dialog interaktif itu, seperti yang dialami langsung Reny Ayu saat meliput Pemilu 2019 silam.
Ia mengaku mendapat kesulitan saat ingin mengakses proses rekapitulasi bilik suara akibat blokade atau larangan aparat yang berjaga.
Kemudian disusul oleh kasus kekerasan jurnalis Antara Darwin yang mengalami penganiayaan saat meliput unjuk rasa di Fly Over depan DPRD Sulsel.
Begitu juga contoh kasus kekerasan jurnalis saat unjuk rasa ricuh di kampus UNM beberapa tahun lalu, juga diungkit dalam dialog yang berlangsung santai tersebut.
Sederet kasus lain juga dikemukakan perwakilan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pers maupun dari LBH Makassar.
Kombes Budhi Haryanto yang terkesan dihujani pertanyaan pun menjawab dengan nada tenang saat suaranya tidak dalam kondisi normal akibat flu yang dialami.
Kombes Budhi Haryanto menjelaskan, apa yang terjadi tidak lepas dari adanya Miss komunikasi antara aparat dan jurnalis saat meliput.
Jadi ini hanya persoalan komunikasi saja sebenarnya, soal pengawalan teman-teman saat meliput tentu kita akan lakukan itu jika diperlukan," imbuhnya.
Terkait pola pengamanan humanis, lanjut Budhi yaitu dengan cara mengidentifikasi pengunjuk rasa yang hendak berdemonstrasi.
"Kita kita tahu orangnya siapa yang demo, itu akan mudah kita bangun komunikasi dan kalau pun ada kolompok tertentu akan mengacau, itu juga akan mudah kita ketahui," paparnya.