MAKASSAR -- Dinas Pendidikan Bone bekerja sama organisasi CIFOR-ICRAF Indonesia didukung Pemerintah Kanada telah menghasilkan kurikulum Muatan Lokal (mulok) Pangan Lokal untuk Ketahanan Iklim bagi pelajar siswa SD dan SMP di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
"Integrasi pengetahuan tentang pangan lokal ke pendidikan formal ini adalah salah satu fokus kegiatan Land4Lives," kata Research Delivery Team Coordinator CIFOR-ICRAF Indonesia Arizka Mufida saat diskusi melalui virtual, Kamis (24/7).
Ia menjelaskan, pengembangan kurikulum diinisiasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bone, bekerja sama dengan CIFOR-ICRAF Indonesia melalui riset-aksi Land4Lives yang disokong oleh pemerintah Kanada.
Disdik Bone juga membentuk tim pengembang kurikulum yang beranggotakan perwakilan dari dinas pendidikan, pengawas sekolah, kepala sekolah, guru, dan CIFOR-ICRAF Indonesia. Penerapannya pada siswa Fase C (SD kelas 5 dan 6) dan Fase D (SMP kelas 7, 8, 9) sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri.
Materinya mencakup keragaman pangan lokal, cara membudidayakan dan mengolahnya. Siswa diajarkan konsep perubahan iklim serta dampak pada sistem pangan.
Pengajaran sejak Februari 2024 dan menghasilkan dokumen kurikulum capaian pembelajaran, tujuan pembelajaran, Alur Tujuan Pembelajaran, serta perangkat ajar, bahan ajar untuk pegangan guru.
Mulok lalu diuji coba pada 31 sekolah di Bone pada November 2024 dengan hasil yang memuaskan. Hasil monitoring dan evaluasi menunjukkan peningkatan pengetahuan siswa tentang pangan lokal, sejumlah siswa menuturkan lebih menghargai pangan lokal di daerah mereka.
"Kurikulum Mulok ini juga dikembangkan di Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT dan Provinsi Sumatera Selatan yang merupakan bagian dari upaya mendukung ketahanan pangan masyarakat di tengah perubahan iklim," kata Research Delivery Team Coordinator CIFOR-ICRAF Indonesia Arizka Mufida.
Menurut Arizka, perubahan iklim berdampak pada produksi dan akses terhadap pangan, sehingga berpotensi melemahkan ketahanan pangan masyarakat. Salah satu upaya untuk meningkatkan ketangguhan terhadap perubahan iklim adalah dengan mendorong pengetahuan dan pemanfaatan pangan lokal.
"Indonesia kaya akan ragam pangan alternatif. Namun, kurangnya pengetahuan tentang sumber-sumber pangan di lingkungan sekitar menjadi penghambat ketahanan pangan," katanya lagi.
Ia menambahkan, Mulok satu bentuk ikhtiar untuk melestarikan pangan lokal yang merupakan bagian dari identitas dan budaya, dengan mengintegrasikannya ke dalam pendidikan formal.
"Selama ini, banyak pengetahuan tentang pangan lokal diwariskan dari satu generasi ke generasi lain melalui budaya bertutur, kurang terdokumentasi dengan baik sehingga rawan hilang dan terlupakan," ujarnya.
Mulok pangan lokal telah menginspirasi beberapa sekolah untuk menerapkan prinsip B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman) dalam program bekal sekolah, mendorong siswa mengonsumsi sayur dan buah serta mengurangi kebiasaan membeli jajanan tidak sehat. Bahkan sekolah membuat kebun ditanami tanaman pangan.
Sebelumnya, Pemkab Bone resmi meluncurkan kurikulum Mulok Pangan Lokal untuk Ketahanan Iklim bagi siswa SD dan SMP dilakukan oleh Wakil Bupati Bone Andi Akmal Pasluddin di Watampone, Rabu 23 Juli 2025.
Kendati Mulok Pangan Lokal untuk Ketahanan Iklim telah diluncurkan, namun masih memerlukan dukungan kebijakan pemerintah daerah, misalnya Peraturan Bupati (Perbub), sebelum diaplikasikan ke seluruh SD dan SMP di Kabupaten Bone.
Ikuti info terbaru di: WhatsApp Channel Infosulawesi