Tangerang – Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum bersama Universitas Multimedia Nusantara (UMN) menggelar kuliah umum dengan narasumber Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual Razilu. Acara ini dilanjutkan dengan penandatanganan kerja sama strategis dalam bidang penguatan Tri Dharma Perguruan Tinggi serta Pelindungan dan Pemanfaatan Kekayaan Intelektual (KI). Acara yang berlangsung di Function Hall Kampus UMN, Serpong pada Rabu, 10 September 2025 ini dihadiri oleh para petinggi dan civitas akademika di lingkungan UMN.
Dalam paparannya yang bertema “Dari Ide Menjadi Aset: Kekayaan Intelektual Jembatan yang Menghubungkan Dunia Akademis dengan Dunia Komersial” Razilu menekankan bahwa ide dan inovasi yang lahir dari kampus harus dikelola dan dilindungi agar dapat memberikan nilai tambah.
“Ide adalah benih kekayaan intelektual, yang jika dirawat dan dilindungi dengan benar dapat tumbuh menjadi aset berharga yang menjembatani dunia akademis dengan dunia komersial,” ujar Razilu.
Razilu juga mengingatkan bahwa perguruan tinggi memiliki peran vital sebagai mesin penggerak inovasi. Melalui penelitian, mereka menghasilkan pengetahuan baru, teknologi, dan solusi untuk berbagai masalah. Namun, seringkali ide-ide brilian ini hanya berakhir sebagai jurnal ilmiah, skripsi, atau tesis yang tidak pernah dimanfaatkan secara komersial.
“Melalui kerja sama dengan DJKI, kami ingin mendorong agar karya akademis tidak hanya menjadi jurnal atau laporan, tetapi juga bisa dilindungi, dialihteknologikan, bahkan dikomersialisasikan,” tambahnya.
Sementara itu, Rektor UMN Andrey Andoko dalam sambutannya menegaskan pentingnya kolaborasi kampus dengan pemerintah untuk memperkuat ekosistem inovasi. Ia menyoroti tantangan era digital, termasuk perkembangan Artificial Intelligence (AI), yang menuntut mahasiswa untuk memiliki kemampuan lebih dari sekadar menguasai teknologi.
“Untuk itu kita harus memiliki kemampuan melebihi AI, yaitu critical thinking, creative thinking, dan innovative thinking. Dari sinilah lahir karya cipta yang bisa menjadi solusi nyata bagi masyarakat,” ujar Andrey
Andrey juga menekankan peran perguruan tinggi bukan hanya sebagai pencetak lulusan, melainkan pusat lahirnya ilmu pengetahuan dan inovasi. “Karya intelektual harus dilindungi dan dimanfaatkan agar tidak berhenti di publikasi, tetapi dapat dihilirisasi menjadi perusahaan rintisan (startup) dan memiliki nilai ekonomis,” jelasnya.
Kerja sama yang ditandatangani antara DJKI dan UMN ini mencakup edukasi, pendampingan, serta fasilitasi pendaftaran karya intelektual dosen dan mahasiswa. Harapannya, UMN dapat menjadi motor penggerak terciptanya startup berbasis teknologi dan inovasi yang berdaya saing global.
“Saya berharap momentum ini menjadi semangat bersama untuk terus mendorong inovasi, memperkuat pelindungan atas kekayaan intelektual, serta memastikan hasil karya civitas akademik dapat memberikan manfaat nyata bagi pembangunan bangsa Indonesia.,” tutup Andrey.
Kuliah umum ini turut dihadiri oleh Direktur Hak Cipta dan Desain Industri Agung Damarsasongko yang juga memberikan materi seputar Pelindungan Hak Cipta dan Desain Industri, Direktur Kerja Sama dan Pemberdayaan Edukasi Yasmon, serta hadir pula Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum Banten Pagar Butar Butar.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum Sulawesi Selatan (Kakanwil Kemenkum Sulsel), Andi Basmal, turut memberikan apresiasi atas kerja sama yang terjalin antara DJKI dan UMN tersebut. Menurutnya, langkah ini sejalan dengan komitmen Kemenkum dalam memperkuat pelindungan KI, khususnya di kalangan akademisi dan generasi muda.
“Kerja sama DJKI dengan UMN ini patut menjadi contoh nyata bagaimana sinergi antara pemerintah dan perguruan tinggi dapat menghadirkan ekosistem inovasi yang sehat. Kami di Sulsel juga terus mendorong perguruan tinggi untuk aktif melindungi karya cipta dosen maupun mahasiswa agar dapat dioptimalkan pemanfaatannya bagi masyarakat,” ujar Andi Basmal.
Ia menambahkan bahwa perguruan tinggi memiliki potensi besar sebagai pusat lahirnya inovasi dan kreativitas. Dengan adanya pelindungan KI, hasil riset dan ide-ide inovatif dapat dihilirisasi menjadi produk maupun startup yang berdaya saing. “Kami percaya, semakin kuat kesadaran akan pentingnya pelindungan KI, maka semakin besar pula kontribusi dunia akademik bagi pembangunan daerah dan nasional,” tutupnya.