Logo

Insiden Kekerasan dan Praktik Premanisme di Kampus UPRI Makassar, Diduga Dipicu Pesta Miras oleh OTK

ilustrasi.

Makassar, 22 Agustus 2025 — Suasana tenang berubah mencekam di salah satu perguruan tinggi di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Tepatnya di kampus Universitas Pejuang Republik Indonesia (UPRI) Makassar pada selasa malam (19/8/2025). Sekelompok orang tak dikenal, yang diduga dalam pengaruh minuman keras (miras), melakukan aksi kekerasan dan premanisme di area kampus, membuat sejumlah mahasiswa menjadi korban.

Menurut keterangan saksi mata, Hamsar Hidayat(20), seorang mahasiswa semester enam Fakultas Kesehatan UPRI Makassar yang sempat lolos dari kejaran OTK(Orang Tak Dikenal), pelaku datang dalam keadaan mabuk dan tiba-tiba menyerang mahasiswa yang sedang berkumpul di depan Sekretariat LEMA FAKES UPRI Makassar. “Mereka datang lalu menyerang kami tanpa alasan yang jelas,” ujarnya.

Salah satu korban, Muh. Arham(20), seorang mahasiswa semester enam Fakultas Kesehatan UPRI Makassar, yang mengalami luka sobek di bagian bibir dan luka memar di bagian pundak, jari dan kepala bagian kanan akibat dipukul dan di tendang pada saat kejadian. “Saat itu kami hanya sedang duduk-duduk di depan sekretariat, ngobrol dan mengerjakan tugas seperti biasanya. Tiba-tiba sekelompok orang datang tanpa peringatan dan langsung menyerang,” ungkap Arham, pada saat setelah kejadian mencekam tersebut.

Ia mengaku sempat berusaha menyelamatkan diri dengan berlari, namun usahanya terhenti ketika ia terpeleset dan jatuh. Dalam kondisi panik dan terjatuh, ia dikejar oleh sekitar lima hingga tujuh orang pelaku. “Saya ditarik paksa, pakaian saya sempat ditarik, dan mereka memukuli saya tanpa henti. Saya tidak bisa melawan, hanya bisa melindungi kepala saya,” ujarnya dengan nada terbata.

Salah satu korban lainnya dalam insiden tragis tersebut adalah Abd. Azis(20), mahasiswa semester enam Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPRI Makassar yang mengalami luka memar di bagian mata sebelah kanan. Saat kejadian berlangsung, Azis berada dalam jarak yang tidak terlalu jauh dari lokasi kejadian tersebut, dan menyaksikan langsung aksi kekerasan premanisme yang dialami oleh temannya.

Tanpa pikir panjang, didorong oleh rasa kemanusiaan dan kepedulian, Azis berupaya menerobos kerumunan massa demi menyelamatkan temannya yang tengah menjadi sasaran kekerasan tersebut. Namun, niat baik itu justru berbalas pahit. Ia menjadi korban kekerasan berikutnya.

"Dengan mata kepala saya sendiri melihat mereka (pelaku) menyerang teman saya. Secara refleks, saya mencoba menariknya keluar dari kerumunan. Tapi justru saya pun ikut ditendang dan dipukul," tutur Azis dengan nada getir.

Peristiwa tersebut meninggalkan luka, tidak hanya secara fisik, tetapi juga trauma mendalam bagi korban yang tujuannya hanya untuk belajar di dalam kampus tetapi sebaliknya justru mendapatkan perlakuan yang sangat tidak manusiawi akibat dari perbuatan orang tak dikenal tersebut.

Kedua korban kini menjalani pemulihan, baik fisik maupun mental. Keduanya berharap kejadian ini segera diusut tuntas dan para pelaku mendapat hukuman yang setimpal.

Wakil Rektor III UPRI Makassar, Drs. Firdaus Anas, M.Si mengecam keras insiden ini dan menegaskan komitmennya untuk menjaga keamanan kampus. “Kampus harus menjadi tempat yang aman bagi mahasiswa. Kami akan meningkatkan sistem keamanan dan bekerja sama dengan kepolisian untuk mengusut tuntas kejadian ini,” katanya.

Sementara itu, salah satu mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa se-Univeritas Pejuang R.I menyuarakan kekecewaan dan kekhawatannya terhadap insiden kekerasan yang terjadi di lingkungan kampus. Dalam orasinya, ia menegaskan bahwa kampus seharusnya menjadi ruang aman bagi proses belajar, bukan tempat untuk tindakan kriminal maupun pesta minuman keras.

“Ini kampus, bukan tempatnya untuk pesta miras dan melakukan praktik premanisme. Kami datang untuk belajar, bukan untuk diintimidasi,” tegasnya di tengah aksi solidaritas yang digelar di halaman kampus UPRI Makassar.

Aksi ini merupakan bentuk protes terhadap dugaan keterlibatan pihak eksternal dalam insiden kekerasan yang belum lama ini mengguncang kehidupan kampus. Mahasiswa menuntut pihak rektorat dan aparat penegak hukum untuk mengambil langkah tegas demi menjaga keamanan dan integritas lingkungan akademik. Selain itu, mahasiswa juga menuntut agar pihak Universitas lebih tegas dalam menangani aksi premanisme dan pesta miras di lingkungan kampus. Mereka juga mendesak agar satuan pengamanan kampus bekerja lebih profesional, serta memasang CCTV di titik-titik rawan.

Pihak kepolisian dari Polsek Manggala mengaku sudah menerima laporan dan tengah melakukan penyelidikan. “Kami sudah identifikasi beberapa terduga pelaku berdasarkan keterangan korban dan saksi. Proses hukum akan berjalan sesuai dengan ketentuan,” kata Kompol Semuel To’Longan, SH,.MH,.M.SI Kapolsek setempat.

Kekerasan dengan pola premanisme di lingkungan pendidikan tinggi dinilai sebagai ancaman serius terhadap iklim akademik. Para pakar menilai, perlu sinergi antara pihak kampus, aparat penegak hukum, dan komunitas mahasiswa untuk menciptakan kampus yang aman dan kondusif.

Insiden ini kembali mengingatkan pentingnya pengawasan terhadap dampak negatif pesta miras dan aksi premanisme yang mengancam kenyamanan lingkungan pendidikan. Aparat dan civitas akademika diharapkan dapat bekerja sama untuk menciptakan kampus yang aman dan kondusif bagi seluruh mahasiswa.

HUT_RI_80_-_Template_-_Web_Banner_1920x1080

Space_Iklan_IS_1

WA12
Ikuti info terbaru di: WhatsApp Channel Infosulawesi