INFOSULAWESI.com, CIANJUR -- Tidak pernah dibayangkan Nida (22) dan Didin (27) melangsungkan pernikahan di tengah suasana gempa Cianjur. Karena tanggal pernikahan sudah ditentukan sejak 2 bulan yang lalu, dua sejoli itu pun terpaksa melangsungkan pernikahan tanpa resepsi. Mereka pun tidak memikirkan malam pertama.
Suasana haru dan tangis mewarnai proses ijab kabul yang dijalani Didin di rumah Nida di Kampung Kuta Wetan RT 1 RW 7 Desa Mangunkerta, Kecamatan Cugenang, tepat pada pukul 09.00 WIB, Minggu (4/12/22).
Dengan mengenakan gaun pengantin, Nida akhirnya dipertemukan dengan Didin di depan penghulu. Prosesi pernikahan pun dilakukan sangat sederhana.
Tidak ada undangan, pesta resepsi, atau tenda pernikahan. Hanya keluarga dan sanak saudara terdekat, serta warga yang masih mengungsi di tenda-tenda pengungsian.
Dengan mas kawin gelang emas, Didin akhirnya melantangkan ijab kabul hanya sekali yang menandai keduanya resmi menjadi pasangan suami istri.
"Saya terima nikahnya Nida dengan mas kawin emas tersebut dibayar kontan," ucap Didin sembari menyalami tangan ayah Nida.
Seusai mengucap ijab kabul, satu per satu keluarga dan sanak saudara terdekat langsung memeluk Didin dibarengi dengan tangisan haru.
Setelah prosesi ijab kabul, Didin mengaku sama sekali tidak pernah membayangkan akan melangsungkan pernikahan dengan gadis pujaannya di tengah suasana gempa Cianjur yang mengguncang pada 21 November lalu.
"Sedih juga ya melihat bangunan-bangunan ini, tetapi di sisi lain juga bahagia akhirnya bisa menikahi istri saya," ujarnya.
Didin menyatakan, ia dan istrinya serta seluruh keluarga memang sudah merencanakan menggelar pernikahan pada 4 Desember 2002 ini.
"Sudah, ini pernikahannya sudah direncanakan sejak 2 bulan yang lalu," tutur Didin.
Ia menyatakan, setelah gempa mengguncang pihak keluarga memang sempat berdiskusi tentang hari pelaksanaan pernikahan. Akan tetapi keputusan bahwa hari pernikahan tetap dilangsungkan pada hari ini atau tidak diubah.
"Tetap keukeuh nikahnya hari ini karena kan sudah terdaftar di KUA," kata dia.
Meski merasakan kebahagiaan karena menikahi gadis pujaannya, Didin juga mengaku merasakan kesedihan. Pasalnya adiknya adalah salah satu korban meninggal akibat gempa kemarin.
"Sedih karena adik tidak hadir di sini, adik meninggal kena gempa kemarin," ungkapnya.
Setelah resmi menjadi pasangan suami istri Didin dan Nida mengaku sama sekali tidak memiliki rencana untuk melakukan bulan madu sebagaimana layaknya pasangan pengantin baru lainnya.
Keduanya memutuskan tetap kembali dan tinggal sementara di tenda pengungsian yang berada tidak jauh dari kediaman Ninda.
Demikian juga untuk malam pertama keduanya juga sama sekali tidak memikirkan soal hal itu. "Di posko (pengungsian) aja. Tidak ada rencana bulan madu," ucapnya.
Didin dan Nida hanya berharap musibah gempa Cianjur bisa secepatnya terlalu dan semuanya bisa kembali normal seperti sebelum terjadi gempa.
Keduanya juga berharap agar bisa menjadi keluarga sakinah mawardah warahmah meski melangsungkan pernikahan dengan segala keterbatasan dan kekurangan di tengah suasana gempa yang masih saja terus terjadi di Cianjur.
"Mudah-mudahan ke depannya lebih baik saja dan bisa mendapatkan kebahagiaan untuk keluarga saya dan keluarga istri saya, serta untuk kami berdua. Dan juga untuk seluruh masyarakat Cianjur yang saat ini terkena musibah gempa," harap Didin.
Sumber: BeritaSatu