Asssalamualaikum, wr. wb.
DARI Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa Nabi SAW bersabda saat datang bulan Ramadan. “Sungguh telah datang bulan penuh barokah, diwajibkan shaum, pintu surga dibuka, neraka ditutup.” (HR. Ahmad, An-Nasa’I, Al-Baihaqi).
Pertemuan dengan bulan Ramadhan adalah kenikmatan dari Allah Swt yang tiada tara. Ada beberapa sikap yang ditampilkan oleh manusia ketika menghadapi shaum Ramadan.
Sikap-sikap tersebut dapat diambil dari ibrah (pelajaran) yang terkandung dalam QS. Al-Baqarah: 183. “Wahai orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu shaum, agar kamu bertaqwa.”
Dalam kajian Bahasa Arab, permulaan ayat tersebut menggunakan dua huruf nida, yaitu ‘yaa’ dan ‘ayyuhaa’. Penggunaan dua huruf nida ini berarti penegasan dari Allah Swt untuk meyakinkan pihak yang diseru.
Penyeru dalam ayat ini adalah Allah Swt yang memiliki status sosial lebih tinggi. Pihak yang diseru bisa bersikap acuh tak acuh, menjauh, atau antusias melaksanakan perintah tersebut.
Ada beberapa sikap yang harus dilakukan dalam rangka menyambut bulan Ramadan. Di antara sikap tersebut adalah berdoa pada Allah agar bisa memasuki Ramadan dalam kondisi baik.
Rasul SAW dan para sahabatnya telah memanjatkan doa sejak bulan Rajab. Rasul saw pernah berdoa, “Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikan kami ke Ramadan.”
Doa yang biasa dipanjatkan oleh Rasulullah saw adalah, “Ya Allah, selamatkanlah diriku untuk bulan Ramadhan, selamatkan bulan Ramadhan untukku.” (HR. At-Tirmidzi).
Sikap kedua adalah bersyukur atas nikmat Ramadan yang diberikan oleh Allah Swt. Imam Nawawi dalam kitabnya “al-Adzkaar” menyebutkan bahwa kita wajib mensyukuri kebahagiaan yang diberikan Allah.
Sikap ketiga adalah bergembira dengan datangnya Ramadan. Sikap kegembiraan ini menunjukkan keimanan seseorang terhadap segala yang terkandung dalam bulan Ramadan.
Ramadan penuh berkah, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan syaitan dibelenggu. Kegembiraan ini menunjukkan seseorang memahami makna Ramadhan.
Sikap keempat adalah merancang agenda kegiatan Ramadhan dengan matang. Perencanaan ini penting untuk mengefektifkan waktu dan fokus pada kualitas amal ibadah.
Agenda kegiatan ini bisa diterapkan pada individu, keluarga, atau lingkungan kerja untuk mencapai hasil maksimal selama bulan Ramadan.
Sikap kelima adalah menyiapkan ilmu tentang amalan Ramadan dan mendakwahkannya. Setiap amalan harus sesuai dengan ilmu agar diterima oleh Allah Swt.
“Bertanyalah kalian kepada orang yang berilmu jika kalian tidak mengetahui.” (QS. Al-Anbiya: 7). Ini menunjukkan pentingnya landasan ilmu dalam beramal.
Sikap keenam adalah menyambut Ramadan dengan meninggalkan perbuatan dosa dan amal buruk lainnya. Peluang untuk berbuat dosa di bulan Ramadan memang kecil, tetapi tetap perlu dihindari.
Sikap ketujuh adalah menyambut Ramadan dengan semangat baru. Ramadan membawa suasana baru yang memacu semangat untuk meningkatkan ibadah dan takwa kepada Allah SWT.
Bulan Ramadan bagi umat Islam adalah bulan kemenangan. Kemenangan yang dimaksud adalah kemenangan dalam menahan diri, meningkatkan ibadah, dan meraih pahala yang berlimpah.
Kemenangan pertama adalah kemenangan atas nafsu. Shaum mengajarkan untuk menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang haram.
Kemenangan kedua adalah kemenangan atas syaitan. Di bulan Ramadan, syaitan dibelenggu, sehingga gangguan syaitan terhadap umat Islam berkurang.
Kemenangan ketiga adalah pahala yang dilipatgandakan. Pahala amalan sunnah setara dengan amalan wajib, dan amalan wajib dilipatgandakan hingga 700 kali lipat.
Kemenangan keempat adalah dosa-dosa akan diampuni. Rasul saw bersabda, “Barang siapa yang shaum dengan iman, maka dosanya akan diampuni.” (HR. Bukhari-Muslim).
Kemenangan kelima adalah doa-doa orang yang shaum dikabulkan. Doa orang yang shaum hingga berbuka, pemimpin yang adil, dan orang yang dianiaya akan dikabulkan.
Kemenangan keenam adalah bonus Lailatul Qadr. Lailatul Qadr memiliki keutamaan yang setara dengan ibadah selama 83 tahun 3 bulan.
Kemenangan ketujuh adalah mengejar level takwa. Shaum bertujuan untuk menggapai takwa yang akan membawa kepada surga dan keridaan Allah.
Taqwa yang ingin dicapai menggunakan fi’il Mudhari dalam QS. Al-Baqarah: 183, yang berarti kontinuitas beramal. Allah menjanjikan surga bagi orang-orang yang bertaqwa. Demikian
Wassalamualaikum, wr. wb.
Hj. Erti Herlina, M Ag
(Perencana Program pada Kelompok Kerja Majelis Taklim Tk. Pusat ASN Kementerian Agama Kota Bekasi)
Simak berita dan artikel lainnya di: Google News infosulawesi.com
Ikuti info terbaru di: WhatsApp Channel Infosulawesi