INFOSULAWESI.com, PALOPO -- Pemegang Mandat Adat Pancai Pao Kedatuan Luwu, Abidin Arief To Pallawarukka, SH menanggapi surat dari Presiden Direktur PT. Vale Indonesia Tbk, Ibu Febryani.
Setelah membaca surat tersebut, ada dua poin yang tercantum dalam surat yang mengatasnamakan Direksi PT. Vale Indonesia Tbk, yang sama sekali tidak menunjukkan pengetahuan yang profesional.
Dimana poin pertama Seakan menceritakan keberhasilannya dalam melakukan kegiatan operasional dan juga menghargai keberadaan masyarakat adat luwu timur.
Bahkan terkesan menggurui kami dengan pemahamannya bahwa hanya pemerintah daerah setempat yang memiliki kewenangan untuk mengatur keberadaan masyarakat adat.
Dua poin yang dituangkan dalam surat tersebut kami anggap poin ngawur serta sok tau, andaikan perusahaan benar-benar melakukan kegiatan operasional dengan baik, tidak mungkin masyarakat lokal sering bergejolak melakukan aksi demo, termasuk dengan pengakuan tidak terbatas menghormati keberadaan masyarakat adat yang ada di Luwu Timur.
Kalau mereka dihargai tidak mungkin mereka mau angkat bicara melalui media secara terbuka, bahkan menganggap Direktur Eksternal tidak punya budaya.
Justru kami melihat adat budaya kami terancam sirna dikarenakan pihak perusahaan PT. Vale Indonesia Tbk sudah terlalu jauh ikut campur dalam tatanan adat sehingga kami mengundang Ibu Febryani selaku Presiden Direktur untuk membicarakan hal ini.
Namun kami menilai perusahaan memang meremehkan adat tana luwu. Sehingga kesimpulan kami Ibu Febry telah menunjukkan sifat ke sombongannya yang meremehkan adat tana luwu.
Terkait adat kami yang diatur oleh pemerintah setempat, sejak kapan adat tana luwu menjadi bawahan Pemda Lutim. Justru kami malah serukan bahwa negara saja tidak bisa mengintervensi adat tana luwu apa lagi kalau hanya oknum pemangku yang tidak amanah.
Adat tana luwu hadir dimuka bumi ini. Itu karana izin ALLAH SWT bukan izin Presiden apa lagi izin kepala daerah.
Yang pasti kami tidak hanya sekedar bersuara tapi kami berbicara berdasarkan data dan fakta tentang kebobrokan manajemen PT. Vale Indonesia Tbk Sorowako saat ini.
Perusahaan gagal memberi posisi ibu febry selaku presiden direktur karena perusahaan sebesar PT. Vale Indonesia Tbk punya jawaban ngawur. Tidak heran jika keributan atau protes sering terjadi diarea pemberdayaan PT. Vale Indonesia Tbk di Lutim dikarenakan presiden direkturnya juga tidak komunikatif.
Didalam surat itu juga tertulis apabila terdapat aspirasi yang ingin bapak sampaikan atau tanyakan sehubungan dengan program pemberdayaan masyarakat PT. Vale Indonesia Tbk bapak bisa menyampaikannya secara langsung di Eksternal Relation PT. Vale Indonesia Tbk.
Hal ini semua menunjukkan kelemahan sistem managemen perusahaan. Apa urusannya kami dengan program pemberdayaan masyarakat. Kami hanya ingin tatanan adat kami jangan perusahaan obrak abrik. Bukan mau urus program dan kami tidak ada urusan hal itu. Urusan kami murni tatanan adat.
Seperti dengan ajakan untuk langsung ke eksternal bertanya. Kami ini bukan orang adat murahan yang terlalu gampang bawa-bawa adat bertemu pihak perusahaan. Sakral bagi kami untuk terlalu mudah membawa bawa adat kesana kemari bertemu.
Kami ini tuan rumah, tidak seharusnya pihak direksi berkata demikian kalau memang menghargai adat kami. Justru kami yang didatangi apa bila perusahaan benar-benar ingin buktikan bahwa adat kami dihormati.
Tapi tidak masalah, kita lihat saja seperti apa kedepan. Yang pasti kami tidak akan diam dan kami punya perhitungan tersendiri. Gerakan adat berbeda dengan gerakan ormas lain.
Seperti yang kami biasa sampaikan, adat merupakan kolaborasi pemerintah sebab adat juga merupakan aturan sehingga jangan heran jika suatu saat ada gerakan yang sifatnya tiba tiba tiba. Ucap abidin arief.
Abidin menambahkan bahwa kami hanya memberi undangan pertemuan, apakah ingin hadir atau tidak, tapi malah jawabannya bertele-tele sampai pakai dua poin. Makanya kami merasa kok manajemen perusahaan yang katanya mendunia, jauh lebih bagus manajemen perusahaan biasa-biasa, tutup Abidin, Melalui press rilisnya. (Abidin)