Logo

Kuburan Massal Siron Menjadi Pusat Peringatan 18 Tahun Tsunami Aceh

Kapal yang terdampar di atas rumah warga, terseret ombak sejauh 5 km dari pantai pada bencana tsunami tahun 2004 di Aceh.

dwnoerinsul222_640_38

INFOSULAWESI.co , ACEH BESAR -- Peringatan 18 tahun bencana tsunami di Aceh akan dipusatkan di Kuburan Massal Siron, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar. Di sini tercatat ada 46.718 jenazah korban tsunami dikuburkan.

Tsunami Aceh terjadi pada 26 Desember 2004, dipicu oleh gempa bumi dengan magnitudo 9,1 yang menimbullkan gelombang tsunami yang meluluhlantakkan wilayah pesisir. Selain di Aceh, gelombang tsunami juga mencapai pesisir Thailand, Sri Lanka, bahkan Madagaskar.

“Kuburan Massal Siron salah satu tempat saksi betapa dahsyatnya tsunami 2004 silam. Ada 40 ribu lebih para syuhada yang dimakamkan di sana. Jadi, tidak hanya kegiatan seremonial semata, tapi kita bisa sekalian berziarah di sana,” kata Kadisbudpar Aceh, Almuniza di Banda Aceh, Minggu.

Peringatan bencana tsunami besok, katanya, dirangkai dengan sejumlah kegiatan di antaranya tafakur, zikir dan selawat, santunan anak yatim, ziarah, serta tausiah dan doa bersama.

Ada pun untuk tausiah akan diisi Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA), Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab dan zikir selawat akan dipandu Pimpinan Pesantren Darul Mujahiddin Lhokseumawe, Tgk Muslim At Thahiri.

Peringatan 18 tahun tsunami tahun ini mengusung tema “Bangkit Lebih Kuat, Bangun Budaya Sadar Bencana”.

“Isi tema tersebut sebagai bentuk upaya pemerintah mengajak masyarakat agar senantiasa bersemangat dalam bertransformasi dan bangkit dalam membangun budaya sadar bencana,” kata Almuniza.

Ia menilai, peringatan tsunami yang digelar saban tahun merupakan salah satu upaya Pemerintah Aceh untuk mengedukasi generasi penerus bangsa agar selalu siaga terhadap bencana.

“Masyarakat Aceh harus selalu membangun budaya sadar bencana dalam upaya mengantisipasi kejadian-kejadian yang mungkin terjadi di masa depan. Intinya, edukasi tetap menjadi poin utama dalam setiap tahun peringatan tsunami,” kata Almuniza.

Ia menambahkan peringatan tsunami menjadi momentum renungan bagi masyarakat Aceh sebagai media pembelajaran dan memperkuat keimanan kepada Allah SWT.

Bencana terbesar

Bencana tsunami tersebut dimulai oleh gempa tektonik berkekuatan 9,1 skala Ritcher pada pukul 07.59 WIB, 26 Desember 2004. Sumber gempa berada di dasar laut, sekitar 20 sampai 25 kilometer dari pantai.

Tidak lama setelah gempa terjadilah gelombang laut yang menerjang pantai Banda Aceh. Tercatat tinggi ombak mencapai 20 sampai 30 meter dan kecepatan rambat gelombang tsunami mencapai 800 kilometer per jam.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa tsunami Aceh merupakan bencana kemanusiaan terbesar yang pernah ada. Dunia mengerahkan segala daya uoaya untuk membantu Indonesia, khususnya Aceh, mengatasi dampak bencana tersebut.

Tercatat lebih 100.000 warga Aceh menjadi korban dalam bencana ini, ribuan bangunan rudak dan lahan porak poranda.

Selain museum Tsunami yang telah dibangun untuk mengenang peristiwa tersebut, ada sejumlah situs yang dipertahankan untuk mengingatkan pada peristiwa itu. Museum tsunami dirancang oleh arsitek M Ridwan Kamil dan diresmikan oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Bukti sejarah lain adalah Kapal Apung di kawasan Punge, Banda Aceh. Saat tsunami datang, kapal yang difungsikan sebagai pembangkit listrik di lepas pantai, digiring gelombang laut ke tengah pemukiman warga. Kini masih bisa disaksikan kapal berbobot mati 2.600 ton dengan panjang 63 meter tersebut bertengger diatas bangunan penduduk, kira-kira 5 km dari pantai.

Oleh Pemerintah Kota Banda Aceh, kapal dimasukkan sebagai salah satu objek wisata tsunami di ibukota provinsi. Para pengunjung pun ramai datang, melihat dekat sisa tsunami dan membayangkan besarnya bencana tsunami 18 tahun silam.