Logo

Beratnya Perjuangan Bidan Desa Tangani Stunting di Polman, Sulbar

Ibu-ibu menyusui, hamil, dan yang memiliki balita antusias mengikuti edukasi soal stunting. (Foto: Istimewa).

INFOSULAWESI.com, POLMAN -- Rosmiati, salah satu bidan desa di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat (Sulbar) harus berjuang untuk menangani angka stunting yang masih terbilang tinggi di wilayah tersebut.

Bidan yang telah mengabdi selama 14 tahun ini harus mendatangi satu persatu warga yang ada di Dusun Mariha, Desa Taloba, Kecamatan Tutar, untuk memeriksa kondisi balita dan ibu hamil.

Setiap harinya, Rosmiati menggunakan kendaraan roda dua untuk mendatangi satu persatu pasiennya dengan melewati hutan dan pegunungan, agar bisa tiba di rumah warga. Bahkan, tak jarang dirinya harus berjalan kaki lantaran akses jalan tidak dapat dilalui kendaraan.

Mirisnya lagi, sulitnya akses fasilitas kesehatan membuat warga harus bergiliran menunggu tenaga kesehatan untuk datang ke rumahnya.

Salah seorang warga, Indrawati, mengaku jika selama ini harus menunggu giliran jika ingin diperiksa oleh bidan desa. Jauhnya lokasi fasilitas kesehatan dan tidak adanya kendaraan untuk di gunakan ke puskesmas pembantu yang ada di Desa Taloba, menjadi salah satu kendala yang dihadapi oleh warga di wilayah tersebut.

"Jauh jaraknya sekitar 3 kilometer lebih, sehingga kita susah ke puskesmas pembantu, apalagi kalau kendaraan dipakai sama suami ke kebun. Jadi kalau mau periksa kandungan kita menunggu saja bidan yang datang ke rumah," kata Indrawati saat ditemui di rumahnya, Minggu (29/1/2023).

Menurut Indrawati, selain akses fasilitas kesehatan yang jauh dari rumah, salah satu kendalanya yang dihadapi yakni tidak adanya jembatan penghubung antar dusun, sehingga warga harus memyeberangi sungai.

"Sebenarnya kita mau periksa rutin ke Puskemas Pembantu, tapi kalau musim hujan begini kita khawatir. Kalau naik air sungai naik, karena kita tidak bisa menyeberang," jelasnya.

Indriawati mengakui, jika bidan desa datang kerumahnya tidak hanya memeriksa kesehatannya saja, melainkan juga membagikan susu dan makanan berupa biskuit untuk menambah gizi anaknya.

"Sering datang ibu bidan ke sini, dia juga bawa susu dan makanan penambah gizi seperti biskuit agar bisa membantu menambah gizi anak anak saya. Dia berikan secara gratis," ungkapnya.

Sementara itu, Rosmiati mengatakan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah stunting di wilayah kerjanya dengan cara melakukan pemeriksaan rutin terhadap balita dan ibu hamil.

"Kami melakukan pemeriksaan rutin bayi dan balita, pemeriksaan ibu hamil sejak dini, kita juga lakukan persalinan di puskesmas pembantu dan setiap minggu kami lakukan pembagian makanan tambahan berupa biskut dan susu kepada anak dan ibu hamil," jelasnya.

Meski telah melakukan pemeriksaan rutin ke warga namun hal tersebut masih kurang untuk menekan angka stunting di wilayah tersebut, sulitnya akses dan lokasi yang jauh membuat ia harus berjuang agar seluruh warga dapat mendapatkan layanan kesehatan.

"Kendalanya itu aksesnya jauh, dan kendaraan di puskemas pembantu tidak ada, terkadang saya harus cari warga untuk bisa mengantar saya ke rumah ibu hamil yang ingin diperiksa, karena kasian juga melihat warga kalau harus ke puskesmas pembantu dengan kondisi hamil besar," jelasnya. (b1)