INFOSULAWESI.com -- Bulan suci Ramadhan bukan hanya memunculkan fenomena meningkatnya aspek religiusitas masyarakat, namun juga memunculkan berbagai fenomena menarik di bidang sosial maupun perekonomian. Dari sisi ekonomi, setiap datangnya Bulan Ramadhan, intensitas transaksi dan aktivitas ekonomi cenderung meningkat. Mulai transaksi kebutuhan sehari-hari, seperti kebutuhan pangan dan pakaian, hingga kebutuhan tersier yang memberikan multiplier effect (efek ekonomi berantai).
Dapat dipastikan ekonomi riil akan terpacu untuk meningkatkan laba, pedagang akan diuntungkan dengan harga yang meningkat, sehingga perputaran uang akan semakin besar dan cepat. Selain itu, fenomena mudik atau pulang kampung dengan membawa sejumlah uang untuk dibelanjakan atau hanya sekedar untuk dibagi-bagikan kepada famili di kampung semakin menggairahkan ekonomi.
Peningkatan gairah ekonomi ini tentunya tidak hanya dinikmati oleh para pengusaha, pegawai atau para pedagang saja. Pertambahan perputaran uang juga terjadi pula di sektor sosial. Orang miskin pun akan merasakan ekonominya sedikit meningkat di bulan Ramadhan ini.
Sekedar catatan, Bank Indonesia menyiapkan uang tunai sebesar Rp 195 triliun atau naik 8,22 persen dari realisasi periode yang sama tahun lalu. Penyediaan uang tunai ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menyambut bulan Ramadhan dan Idul Fitri, mulai 27 Maret sampai 20 April 2023. Selain itu diperkirakan perputaran uang di Indonesia akan bertambah sekitar Rp 243 triliun pada Lebaran 2023 atau meningkat dari tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak Rp 221 triliun.
Gairahkan Ekonomi Rakyat
Salah satu fenomena menarik setiap memasuki bulan Ramadhan adalah bergairahnya perekonomian rakyat, terutama usaha mikro, kecil dan menengah. Di berbagai daerah, kota dan pedesaan tak terhitung titik munculnya pasar kaget, pasar ramadhan atau bazar ramadhan yang menjadikan Ramadhan setiap tahun punya nuansa tersendiri. Indahnya Ramadhan, bukan hanya panen pahala namun juga menggerakan sektor riil, perekonomian berjalan, dan banyak industri rumah tangga yang produksinya lancar di bulan ramadhan.
Ramadhan adalah bulannya UMKM. Tidak terhitung jumlah pelaku usaha yang menyediakan makanan khas,minuman, aneka kue tradisional, busana muslim, sembako murah, mainan anak-anak dan pernak-pernik perlengkapan muslim yang memberikan “warna” sendiri setiap datangnya bulan suci ini setiap tahun.
Saat Ramadhan, bisnis kuliner seperti catering, kue, dan minuman menjadi pilihan utama, termasuk bisnis kerajinan juga semakin diminati pada bulan ini, seperti kerajinan hiasan kamar, baju muslim, dan aksesoris. Momen Ramadhan juga menjadi waktu yang tepat bagi pelaku UMKM untuk memperluas jaringan dan menjalin kerjasama dengan pengusaha lain. Dengan adanya acara seperti bazar Ramadhan dan pasar malam, pelaku UMKM dapat memperkenalkan produknya kepada lebih banyak orang dan memperluas jaringan bisnis.
Boleh dibilang pada bulan Ramadhan dan lebaran merupakan puncak panen bagi para pelaku usaha sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) karena produknya banyak terserap di bulan berkah ini. Wajar bila hampir sebagian besar mempersiapkan strategi untuk memaksimalkan pemasaran dan mengincar penjualan maksimal pada Ramadhan dan puncaknya pada Lebaran.
Inilah bulan Ramadhan dengan potret nyata rakyat kecil yang mencoba mengais rejeki, di tengah maraknya pusat perbelanjaan modern. Pelaku UMKM ini melihat peluang terjadinya peningkatan konsumsi, dengan kerjasama yang saling menguntungkan antara penjual dan pembeli. Keberadaannya berperan nyata membantu masyarakat meskipun omzet dagangan hanya berskala kecil dan menengah.
Fenomena ramadhan dengan gairah perekonomian rakyat kecil ini patut didukung, tentunya dengan menatanya secara lebih teratur dan terkoordinasi. Berilah keleluasaan pelaku usaha mikro dan kecil ini melakukan aktivitas ekonominya, tanpa harus dibebani dengan berbagai bentuk pungutan ataupun pajak. Yang diperlukan adalah pemerintah memberikan arahan kepada panitia-panitia lokal untuk tetap memperhatikan arus kendaraan, mengatur parkir kendaraan dan mengarahkan aneka jualan yang lebih semarak ada sehingga dapat memberikan benefit yang lebih maksimal lagi.
Akan lebih menarik apabila pemerintah kota atau daerah dapat memahami gairah ekonomi rakyat kecil ini dan memfasilitasi mereka dengan tempat berjualan. Sehingga hadirnya pasar ramadhan yang tertata dan terkoordinasi menjadi ajang silaturahmi dan interaksi sosial religius, sekaligus menjadikan dunia usaha, khusunya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dapat berkembang , memperluas akses pasar produk-produk yang dihasilkan. Sehingga tradisi ekonomi dalam gelaran rakyat di pasar ramadhan benar-benar mampu menggerakan sector riil dan usaha kecil dan mikro lebih berkembang lagi.
Penulis: Bahrul ulum Ilham, Konsultan PLUT Sulsel
Cek berita dan artikel yang lain infosulawesi.com di Google News