Logo

Hari UMKM Nasional 2023 : Transformasi UMKM Masa Depan

Bahrul ulum Ilham, Dosen ITB Nobel Indonesia-Koordinator Konsultan UPT PLUT Sulawesi Selatan

hutri78_INSUL700

Kongres UMKM Yogyakarta pada tanggal 26 Mei 2016 telah menyepakati pencanangan Hari UMKM Nasional setiap tanggal 12 Agustus setiap tahunnya. Peringatan Hari UMKM nasional mengambil momentum kelahiran Bapak Bangsa Dr. H. Mohammad Hatta sebagai sarana untuk merawat dan membesarkan semangat ekonomi kerakyatan.

Hari UMKM nasional merupakan momentum untuk senantiasa mengingatkan pentingnya kolaborasi multi-stakeholders dalam mendorong daya saing UMKM Indonesia sehingga dapat mewujudkan harapan UMKM menjadi tulang punggung kedaulatan ekonomi bangsa.

Pada tahun 2023 Peringatan hari UMKM Nasional dipusatkan di kota Surakarta, Jawa Tengah, tanggal 10-13 Agustus 2023. Peringatan Hari UMKM Nasional tahun 2023 mengambil tema “Transformasi UMKM Masa Depan”. Penetapan tema ini sangat tepat, seiring tantangan masa depan UMKM yang menuntut transformasi, saat sebelumnya berupaya eksis dan beradaptasi saat dan pasca pandemi.

Transformasi bagi UMKM sangat penting dalam mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan inklusif. Peran strategis UMKM dalam perekonomian domestik tercermin dalam jumlah yang banyak, menyerap banyak tenaga kerja, berkontribusi terhadap PDB serta memiliki ketahanan yang kuat dalam menghadapi berbagai krisis.

Transformasi dapat didefenisikan sebagai perubahan yang mengubah keadaan sebelumnya menjadi yang benar-benar baru. Transformasi adalah proses perubahan yang membawa perbaikan dari keadaan sebelumnya menjadi yang lebih baik. Dengan semangat melakukan transformasi, saatnya negeri ini dan UMKM pada khususnya mengejar ketertinggalan.

Indonesia sesungguhnya tertinggal langkah cukup jauh. Baik secara kesiapan teknologi maupun kesiapan masyarakatnya, Indonesia masih tertinggal bahkan dari negara-negara tetangganya di ASEAN.

Data menunjukkan, dari segi produktifitas Indonesia masih kalah dengan negara tetangga. Ini tercermin pada TFP (Total Factor Productivity), yang menggambarkan tingkat produktifitas perekonomian suatu bangsa dilihat dari total output/total input faktor produksi. Berdasarkan data Bank Dunia, pada 2019, TFP di ASEAN, Singapura di peringkat-1 (1,51) diikuti Malaysia (1,23), Thailand (1,09), Kamboja (0,78), Laos (0,76), dan Indonesia (0,7).

Ekosistem kewirausahaan Indonesia juga masih kurang kondusif melihat data Global Entrepreneurship Index. Pada tahun 2019, peringkat GEI Indonesia berada di urutan ke-75 dari 137 negara atau peringkat ke-6 di ASEAN.

Posisi GEI Indonesia masih tertinggal dibanding beberapa negara tetangga di ASEAN seperti Singapura peringkat ke-27, Malaysia ke-43, Brunei Darussalam ke-48, Thailand ke-54, dan Vietnam ke-73.

Berdasarkan laporan Institute for Management Development (IMD) World Digital Competitiveness Ranking 2021, indeks daya saing digital Indonesia menempati urutan ketiga terendah di Asia pada 2021.

Data World Digital Competitiveness mengacu pada adopsi teknologi untuk peningkatan ekonomi dan efisiensi di berbagai bidang diukur dari faktor pengetahuan, teknologi, dan kesiapan adopsi teknologi untuk masa depan. Pada tahun 2021, Indonesia berada pada urutan ke-53 dari 64 negara.

Pada 2017-2019, indeks daya saing Indonesia semakin menurun, hingga 2019 diurutan ke-50 dari 141 negara, atau peringkat ke-4 di ASEAN. Laporan Institute for Management Development (IMD) World Competitiveness Yearbook 2022, peringkat daya saing Indonesia merosot pada peringkat ke-44.

Mengutip data UNCTAD dan UNDP (2021), implikasi dari rendahnya kualitas SDM, kapasitas riset, kreativitas, inovasi, dan entrepreneurship adalah proporsi ekspor produk manufaktur berteknologi dan bernilai tambah tinggi hanya 8,1 persen; selebihnya (91,9 persen) berupa komoditas (bahan mentah) atau SDA yang belum diolah. Sementara, Singapura mencapai 90 persen, Malaysia 52 persen, Vietnam 40 persen, dan Thailand 24 persen.

Saatnya UMKM melakukan transformasi menuju masa dengan dengan melibatkan multipihak dengan pendekatan berbasis ekosistem dari hulu ke hilir, serta melakukan akselerasi melalui digitalisasi. Akselerasi digitalisasi menjadi solusi untuk meningkatkan level baru UMKM Indonesia atau naik kelas melalui perluasan akses pasar, pembiayaan, dan jaringan rantai pasok.

Pelaku UMKM juga dituntut meningkatkan daya saing melalui inovasi. Dengan melakukan inovasi ini menjadi kunci keberhasilan untuk meningkatkan daya saing bisnis. Artinya, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) perlu melakukan inovasi agar dapat mendesain organisasinya lebih fleksibel, yang memungkinkan beradaptasi terhadap perubahan orientasi pasar.

Kondisi inilah yang memungkinkan usaha kecil dapat bersaing dengan usaha besar dan serbuan produk impor. Inovasi merupakan sebuah prasyarat bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah berkembang dan bertumbuh.

Dengan melakukan inovasi secara terus menerus, Usaha Kecil dan Menengah dapat bersaing dan terus hidup (sustainability). Semoga Hari UMKM Nasional Tahun 2023 menjadi momentum aksi nyata bersama melakukan transformasi di era disrupsi, menyambut masa depan yang penuh tantangan sekaligus peluang.

Cek berita dan artikel yang lain infosulawesi.com di Google News

 

 

Bahrul ulum Ilham
Dosen ITB Nobel Indonesia-Koordinator Konsultan UPT PLUT Sulawesi Selatan