Logo

Mahawan Karuniasa: Penggantian Pertalite RON 90 dengan Pertamax Green RON 92 Harus Ramah Lingkungan dan Harganya Terjangkau

Ilustrasi pengendara motor mengisi BBM jenis Pertalite di sebuah SPBU Pertamina. Pihak Pertamina berencana mengganti Pertalite dengan Pertamax Green RON 92 tahun 2024.

JAKARTA - Rencana penghapusan Pertalite RON 90 dengan Pertamax Green RON 92 mendapatkan sorotan dari pakar lingkungan, Mahawan Karuniasa, dari Universitas Indonesia.

Meskipun ia mendukung langkah ini karena ramah lingkungan, Mahawan mengingatkan pentingnya mempertimbangkan aspek harga.

"Saya tunggu, apapun yang bertransisi ke bahan bakar dan energi yang ramah lingkungan itu harus didukung," kata Mahawan. Pernyataan ini ia sampaikan usai Seminar Pendanaan Berkelanjutan Untuk Transisi Energi di Kampus UI Salemba, Jumat (6/10).

Mahawan menekankan bahwa dalam konteks penggantian ini, penting untuk memprioritaskan energi yang ramah lingkungan, sambil mempertimbangkan ketersediaan sumber daya. "Dari segi sumber daya, ini juga harus dipertimbangkan," tambahnya.

Selain itu, dalam rencana penggantian Pertalite RON 90 ke Pertamax Green RON 92, aspek harga juga harus diperhatikan. Menurutnya, penting untuk mempertimbangkan aspek ekonomi, karena energi yang terjangkau juga harus tetap tersedia.

"Kita harus memastikan bahwa energi yang ramah lingkungan tetap terjangkau, kita tidak bisa menghasilkan energi ramah lingkungan yang memiliki biaya premium dan harga premium," ujarnya.

Namun, Mahawan mengingatkan bahwa rencana ini harus dilaksanakan secara komprehensif. Indonesia tidak dapat lagi mengabaikan masalah emisi, terutama dalam konteks internasional.

"Kita juga harus mempertimbangkan emisi dalam konteks ini, dan hal ini juga melibatkan kerja sama dengan dunia internasional," tandasnya.

Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, mengungkapkan rencana Pertamina untuk mengganti BBM Pertalite RON 90 dengan Pertamax Green 92.

" Produk ini akan dicampur dengan tujuh persen etanol untuk menciptakan bahan bakar oktan 92 dengan keunggulan bahan bakar nabati terbarukan," katanya, Sabtu (7/10).

Pertamax Green 92 diharapkan akan menjadi bahan bakar bersubsidi yang akan menggantikan Pertalite, dengan tujuan utama mengurangi emisi kendaraan sebagai sumber polusi udara. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) juga telah menetapkan bahwa oktan minimum yang boleh dijual di Indonesia adalah 91. ***

Cek berita dan artikel yang lain infosulawesi.com di Google News