Logo

Industri Animasi Indonesia Tumbuh Pesat, Tantangan Baru Hadir dari Era AI

12Wil-2Sulawesi_SelatanAMSIII2024

Jakarta — Direktur Hak Cipta dan Desain Industri Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Agung Damar Sasongko, menegaskan bahwa pelindungan hak cipta menjadi faktor penting dalam mendukung pertumbuhan industri animasi Indonesia. Hal itu disampaikan dalam podcast What’s Up Kementerian Hukum RI yang juga menghadirkan CEO The Little Giant Studio, Bony Wirasmono. Jumat, 12 September 2025.

Menurut Agung, karya anak bangsa kini mampu bersaing di level global. “Film seperti Nusa dan Jumbo membuktikan bahwa cerita orisinal yang dekat dengan masyarakat bisa diterima luas, bahkan di luar negeri. Ini motor penggerak ekonomi kreatif kita,” ujarnya.

Agung menekankan, meski hak ekonomi dari sebuah intellectual property (IP) bisa dialihkan ke pihak lain, hak moral tetap melekat pada penciptanya. “Nama pencipta tidak boleh dihapus. Bahkan perubahan konten sekalipun harus seizin pembuat aslinya,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan pentingnya perjanjian yang jelas dalam komersialisasi karya agar sengketa antara pencipta dan pemegang hak ekonomi bisa dihindari.

Tambahnya, karya yang sepenuhnya dihasilkan AI tidak diakui sebagai ciptaan, karena undang-undang hanya melindungi karya manusia.

“Persoalan muncul ketika AI menggunakan karya orang lain sebagai data latih. Itu bisa bersinggungan dengan hak cipta. Karena itu, revisi Undang-Undang Hak Cipta sedang digodok untuk mengakomodasi perkembangan teknologi ini,” jelasnya.

Gambar_WhatsApp_2025-09-14_pukul_20.15.51_3635f11b

Dalam kesempatan yang sama, Bony Wirasmono berbagi perjalanan panjangnya membangun animasi Indonesia. Berawal dari rasa penasaran setelah menonton Jurassic Park, ia akhirnya menjadi animator hingga ikut menggarap proyek internasional. Kesuksesan Nusa menjadi bukti nyata daya saing animator lokal.

“Awalnya kami hanya menargetkan 900 subscriber YouTube. Tapi dalam tiga hari, jumlahnya melonjak jadi 100 ribu secara organik,” kenang Boni.

Boni menegaskan, kualitas animator Indonesia tidak kalah dengan luar negeri. Banyak di antaranya bahkan direkrut oleh studio besar seperti Disney, Pixar, hingga Dreamworks. Namun, ia mengingatkan hadirnya tantangan baru di era digital, terutama penggunaan kecerdasan buatan (AI).

Podcast ini menegaskan bahwa meski animasi Indonesia terus tumbuh dan mulai mendapat tempat di hati masyarakat, dukungan regulasi dan kesadaran hukum tetap menjadi kunci agar karya kreator lokal terlindungi di tengah derasnya arus digitalisasi.

Kakanwil Kemenkum Sulsel, Andi Basmal, dalam keterangannya, Minggu, (14/9/2025) sangat mengapresiasi perhatian Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual terhadap perkembangan industri animasi Indonesia. Pesan yang disampaikan Pak Agung Damar Sasongko, kata Andi Basmal menjadi pengingat bagi kita semua bahwa pelindungan hak cipta adalah benteng utama agar karya kreatif anak bangsa tidak mudah ditiru maupun dieksploitasi pihak lain.

"Industri animasi terbukti mampu membuka peluang ekonomi sekaligus mengharumkan nama Indonesia di kancah global. Namun, di era kecerdasan buatan, tantangan menjadi semakin kompleks. Karena itu, kami mendorong para kreator dan pelaku industri kreatif di Sulsel untuk lebih peduli pada aspek hukum, mulai dari pencatatan ciptaan hingga perjanjian lisensi dan komersialisasi," ujar Kakanwil.

Kanwil Kemenkum Sulsel siap hadir mendampingi dan memberikan edukasi hukum agar karya putra-putri daerah terlindungi dengan baik, sehingga animasi Indonesia dapat terus tumbuh tanpa kehilangan jati dirinya di tengah arus digitalisasi dunia.

IKLAN1

Space_Iklan2