Logo

Awan Tutup Penampakan Gerhana Bulan Total di Sultra

INFOSULAWESI.com, KENDARI -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut penampakan gerhana bulan total (GBT) di Sulawesi Tenggara tertutup awan sehingga tak bisa dilihat secara langsung atau dengan mata telanjang.

"Iya tidak bisa dilihat secara langsung karena keadaan cuaca yang berawan jadi tidak bisa diamati dengan mata telanjang," kata Kepala Stasiun Geofisika Kendari Rudin melalui telepon di Kendari, Selasa (8/11/2022).

Dia menyampaikan gerhana bulan total tidak dapat dipantau secara mata telanjang di Sulawesi Tenggara karena dalam kondisi berawan, saat ini hanya dapat dilihat dengan menggunakan teropong.

Rudin menyebut berdasarkan pengamatan yang dilakukan pihaknya sejak pukul 17.35 - 22.00 Wita di Kelurahan Purirano Kota Kendari, gerhana bulan telah terjadi sejak pukul 18.16 Wita.

"Kami di sini (tempat pengamatan di Kelurahan Purirano Kota Kendari), gerhana sudah muncul memang, bulannya tertutup awan, namun kami menggunakan teropong, jadi bulannya itu jelas, gerhana itu sudah terjadi sekitar pukul 18.16 Wita," katanya.

Ia menerangkan untuk di wilayah Sulawesi Tenggara gerhana bulan total berakhir sekitar pukul 20.00 Wita. Sedangkan gerhana bulan panumbra akan berakhir pukul 21.00 Wita.

Menurutnya, jika sampai pukul 20.00 Wita awan yang menutup bulan saat ini tidak berpindah tempat maka gerhana bulan total tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.

"Tergantung cuaca, kalau cuaca-nya bagus artinya awannya bisa berpindah tempat berarti gerhana bisa dilihat dengan mata telanjang. Tetapi sejauh ini belum bisa karena masih tertutup awan," ujar dia.

Dia juga menjelaskan durasi gerhana bulan total akan berlangsung selama 1 jam 20 menit untuk wilayah Sulawesi Tenggara.

"Tapi durasi gerhana untuk secara keseluruhan baik itu panumbra kemudian gerhana total dan panumbra berikutnya itu sekitar 5 jam lebih untuk di wilayah Sulawesi Tenggara," ujar dia.

Rudin menambahkan, adanya gerhana bulan total tidak akan menimbulkan dampak seperti gelombang tinggi, hanya akan terjadi pasang maksimum.

"Artinya kan setiap hari itu terjadi pasang surut, nah pasang maksimum itu melebihi dari pasang harian tapi untuk mencapai meter itu enggak sampai," kata Rudin.

Sumber: ANTARA