Logo

Mata Presiden FIFA Berkaca-kaca Saat Saksikan Tragedi Kanjuruhan

Presiden FIFA Gianni Infantino (kanan) bertemu dengan Menteri BUMN Erick Thohir di Doha, Qatar, 5 Oktober 2022. (Foto: Handout)

INFOSULAWESI.com, JAKARTA -- Mata Presiden Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) Gianni Infantino berkaca-kaca menyaksikan tragedi Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Hal itu diungkapkan teman baik Gianni Infantino, yaitu Menteri BUMN Indonesia, Erick Thohir. Mereka berteman baik lantaran keduanya adalah Interisti, penggemar berat klub Inter Milan.

Menurut Erick Thohir, mata Gianni Infantino berkaca-kaca saat keduanya bertemu di Doha.

"Dia (Gianni Infantino) bercerita, bahwa semasa kecil sering dibawa ke stadion sepak bola sama bapaknya dan tentu itu sebuah kebahagiaan yang tidak terlupakan, sehingga kejadian di Kanjuruhan sesuatu yang tidak terpikirkan jika ia harus mengalami," kata Erick, dalam keterangannya, Minggu (9/10/2022).

Oleh sebab itu, Erick menambahkan, sikap bijak FIFA yang bersedia bersama pemerintah Indonesia melakukan reformasi dan transformasi sepakbola nasional harus benar-benar dijalankan seluruh stakeholder sepakbola Indonesia.

"Ini FIFA yang bijak mau membantu Indonesia. Jadi harus kita laksanakan arahan yang diberikan. Terus terang, hasil positif dari FIFA tak lain karena kedekatan dan kepercayaan yang selama ini terjadi. Jadi jangan pernah disia-siakan kepercayaan yang diberikan," pungkas Erick.

Selain sesama penggemar berat kulit bundar, hubungan dengan Presiden FIFA sudah dijalin saat Erick Thohir masih menjabat sebagai Presiden Inter Milan pada 2015.

"Ketika itu, Gianni menjadi Sekjen UEFA, sehingga kami sering bertemu. Apalagi dia orang Italia dan juga seorang Interisti, jadi dengan posisi saya di Internazionale FC, maka kami cepat akrab," jelas Erick Thohir.

Erick melanjutkan, pada 2015, saat sepak bola Indonesia terkena sanksi FIFA akibat kisruh antara pemerintah, yang diwakili Menpora saat itu, Imam Nahrawi dengan PSSI yang dipimpin La Nyala Matalitti, dia mendapat amanah dari Presiden Joko Widodo untuk membantu berkomunikasi kepada FIFA agar sanksi tersebut dicabut.

"Ketika itu, saya bukan siapa-siapa. Jadi kaget juga ketika Presiden meminta saya untuk mengurus sanksi itu. Akhirnya, karena saya kenal baik dengan Gianni, maka melalui dia, saya bisa membuka jalur ke FIFA dan menyampaikan amanah Presiden, sehingga sanksi dicabut tahun 2016 dan hanya berjalan setahun," ungkap Erick.

Berkat relasi kuat lewat bahasa sepak bola itu pula, untuk kedua kalinya Erick mengaku kembali meminta bantuan ke Gianni. Dengan mengantongi amanah dari Presiden Joko Widodo, Erick pun terbang ke Doha untuk berjumpa Gianni, seusai menjalani kunjungan kerja di Eropa.

"Awalnya, ketemu perwakilan FIFA, meski saya sudah berkomunikasi dengan Presiden Gianni. Apalagi, sebelumnya Presiden Gianni juga sudah kontak dengan presiden kita. Akhirnya saya terbang ke Doha untuk berjumpa dengan Gianni. Saat pertama bertemu, masing-masing susah bicara. Kita orang bola, kita punya perasaan yang sama atas kejadian itu," ujar Erick. (B1)