STABILITAS pangan di Indonesia pada 2024, diproyeksikan masih akan menghadapi tantangan besar karena adanya penurunan produktivitas, peningkatan biaya, dan kenaikan harga pangan dunia. Penurunan produktivitas bakal dibarengi juga dengan peningkatan biaya produksi seperti harga pupuk dan energi.
Sedangkan kenaikan harga pangan dunia disebabkan India dan Ukraina yang menjadi bagian utama pasok bahan makanan situasinya belum sepenuhnya stabil. Faktor lainnya adalah adanya kebijakan dari berbagai negara yang saat ini lebih protektif terhadap hasil pertaniannya.
Mengacu prediksi Badan Pangan Dunia (FAO), tantangan ke depan adalah mempertahankan kesinambungan ketersediaan pangan bagi pemenuhan pangan dunia yang terus bertambah. Maka tak dapat dipungkiri, ketidakstabilan stok bahan pangan dunia dapat menjadi masalah terjadinya krisis pangan di tingkat global.
Merespons situasi dunia tersebut, tepat kiranya jika Presiden Joko Widodo dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, Selasa (9/1/2024) lalu meminta jajarannya untuk terus menjaga stok pangan dan BBM di masyarakat. Presiden Jokowi juga mengingatkan agar semua pihak tetap waspada dengan dinamika geopolitik dan ekonomi global yang penuh ketidakpastian pada tahun ini.
Ini harus menjadi perhatian, sebab kelangkaan stok pangan akan menjadi masalah serius bagi semua pihak. Dan, dalam batas-batas tertentu, kelangkaan stok pangan dikhawatirkan akan membuat harga-harga naik dan akhirnya tidak mampu dijangkau masyarakat.
Namun, pemerintah kabarnya telah merancang rencana untuk memastikan ketersediaan stok pangan yang strategis pada 2024. Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyebut, pemerintah telah membuat skenario yang mencakup langkah-langkah seperti mempercepat peran BUMN pangan dalam pengadaan komoditas pangan tertentu.
Meski penuh tantangan komitmen pemerintah menjaga stabilitas pangan harus didukung. Kita harus mencari cara agar cadangan pangan di masyarakat betul-betul dalam kondisi aman.