Logo

Rivan Nurmulki, Pevoli Pertama Indonesia yang Bermain di Jepang

Rivan Nurmuli melakukan spike saat menghadapi Korea Utara pada Asian Peace Cup di GOR Pertamina Simprug, Jakarta, tahun lalu.

INFOSULAWESI.com  --  APA yang bagi Rivan Nurmulki seperti sudah terkubur pada 2019 itu ternyata bangkit kembali pada 2020. Lewat sebuah e-mail.

Ahmad Masajedi, pelatih klub voli Liga Jepang Nagano Tridents, mengontak Wibi Anhari, personal manager Rivan.

Dan, kini, dua bulan setelah tawaran dari pelatih asal Iran itu masuk ke ponsel Wibi, Rivan tengah bersiap menjadi pevoli pertama Indonesia yang bermain di Negeri Matahari Terbit tersebut.

’’Saya langsung bilang iya ketika pertama dikabari tawaran itu,” kata Rivan yang juga anggota polisi kepada media.

Maklum, sudah sekitar setahun impian itu terpedam. Tahun lalu tawaran dari Jepang juga menghampiri pemain yang dibesarkan Surabaya Samator tersebut. Tapi, PBVSI tak mengizinkan.

Rivan diminta berkonsentrasi membela timnas Indonesia di SEA Games Filipina. Pemain kelahiran Bangko, Merangin, Jambi, 25 tahun lalu itu pun manut.

Dan, pengorbanan itu tak sia-sia. Dengan Rivan sebagai salah satu motor pada posisi opposite spiker, Indonesia sukses merebut emas voli putra. Sesuatu yang gagal dilakukan sejak 2009.

Kalau kemudian hanya Rivan pevoli yang sejauh ini bisa berkiprah di luar negeri, kelangkaan yang sama sebenarnya juga terjadi di semua cabang olahraga (cabor) non-sepak bola kecuali bulu tangkis. Fenomena minimnya atlet Indonesia di level elite internasional itu juga yang membuat Presiden Joko Widodo prihatin.

Keprihatinan tersebut disampaikannya pada peringatan Hari Olahraga Nasional 9 September lalu. Menurut Jokowi, fenomena itu terjadi bukan karena Indonesia yang memiliki 270 juta penduduk kekurangan atlet berbakat. Melainkan karena adanya kesalahan pada manajemen pembinaan.

Praktis hanya Elysha Chloe Pribadi (renang), Agassi Yesse Goantara (basket), dan Eko Roni Saputra (bela diri) atlet-atlet non-sepak bola dan bulu tangkis yang berkiprah di luar negeri saat ini.

Di sepak bola, meski juga tak terlalu banyak, setidaknya di tiap dekade ada perwakilan pesepak bola Indonesia di liga luar negeri. Ricky Yacobi sudah merumput di Jepang pada awal 1990-an.

Dari generasi sebelumnya, Iswadi Idris juga pernah menjajal Liga Australia. Kurniawan Dwi Yulianto pernah membela Sampdoria dan FC Luzern pada 1990-an akhir. Bambang Pamungkas juga berprestasi gemilang di Malaysia pada pertengahan 2000-an. Dan kini ada Egy Maulana Vikri serta Witan Sulaiman yang bermain di Eropa.

Rivan sendiri pernah sekali bermain di Thailand pada periode 2018–2019 bersama klub Nakhon Ratchasima. Hasilnya gemilang. Dia berhasil membantu tim menjadi juara Thai-Denmark Super League 2019. Rivan juga mendapat prestasi secara individu dengan terpilih sebagai most valuable player (MVP).

Belum lama ini Elysha yang bergabung dengan klub St Peter’s Western, Australia, juga mencatat tiga rekornas. Yaitu, 50 meter gaya dada diciptakannya pada kejuaraan ”2020 Speedo Short Course Meet” yang digelar di Brisbane Aquatic Centre, Agustus. Sementara itu, dua lainnya di nomor 100 meter dan 200 meter gaya dada saat tampil pada kejuaraan ”2020 McDonalds QLD Short Course Championship” di Brisbane Aquatic Centre, Australia, 26–27 September.

Bukti bahwa, seperti dibilang Jokowi, Indonesia sebenarnya tak kekurangan atlet berbakat. ’’Dengan berlatih di luar negeri yang juga ditunjang fasilitas dan kompetisi ketat, kualitas Elysha jadi meningkat,” kata Wakil Ketua PB PRSI Harlin E. Rahardjo.

Bagi Rivan, tawaran bermain di Jepang ini juga datang di saat yang tepat: ketika Proliga 2020 tak berlanjut akibat pandemi Covid-19. Meski, dia juga harus berkejaran dengan waktu untuk mengurus segala dokumen yang dibutuhkan sembari menjaga kondisi fisik. Sebab, V.LEAGUE Division 1 Jepang, kompetisi di mana Nagano Tridents berada, akan mulai berputar 17 Oktober ini. Rivan diperkirakan berangkat pekan depan.

’’Sejak sepakat bergabung, saya mendapat materi latihan dari tim pelatih,” katanya.

Yang melegakan Rivan, dukungan mengalir dari berbagai pihak. Mulai komandannya di kepolisian, rekomendasi dari PBVSI, juga persetujuan dari Surabaya Bhayangkara Samator sebagai klub pemilik Rivan. ”Sambil mengurus izin, kami juga mengurus visa untuk keberangkatan ke Jepang sejak 7 Agustus,” papar Wibi.

Nagano Tridents baru berdiri pada 2018. Pada tahun yang sama, mereka langsung mengikuti Emperor Cup dan finis di posisi ke-9. Pada musim 2019, Nagano tampil di V.LEAGUE Division 1 Jepang dan menempati posisi juru kunci di peringkat ke-10.

Nah, di musim perdananya ini, Rivan tidak punya target muluk untuk bisa mengantar klub juara, apalagi menjadi MVP. Bertanding di Liga Jepang ini menjadi panggung baginya untuk bisa beradu skill sekaligus menyerap ilmu dengan para pemain terbaik di dunia.

Tim juga tak memasang target tinggi. ”Ya, pesannya yang penting main bagus,” ujarnya.

Lalu, berapa lama Rivan akan berkiprah di Negeri Sakura? ”Minimal paling sedikit dua tahun. Karena kami punya agreement dengan pihak sana yang tidak bisa saya bocorkan ya,” kata Wibi.

Langkah Rivan ini tentu diharapkan bisa menjadi pintu pembuka tak cuma bagi sesama pevoli, tapi juga atlet-atlet lain. Karena itu, pengamat olahraga Djoko Pekik berharap secepatnya setiap cabor bisa menyiapkan sebanyak mungkin pelatih berlisensi dan yang terbukti mampu menelurkan atlet berkualitas. ”Lalu juga sudah keharusan untuk menerapkan sport science dalam semua tahapan pembinaan atlet,” katanya. (jp)