Logo

Menyoal Harga Beras yang Tidak Kunjung Turun

Sejumlah warga mengantre membeli beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) dalam operasi pasar murah di Denpasar, Bali, Sabtu (17/2/2024). Harga beras belakangan ini terus meroket karena beragam faktor (Foto: ANTARA)

SEJAK awal 2024 harga beras di Indonesia terus mengalami kenaikan. Ini berdasarkan data panel harga yang dikeluarkan Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada Sabtu (17/2/2024). 

Harga rata-rata beras premium mengalami kenaikan Rp140 atau 0,88 persen yang berarti menjadi Rp16.080 per kilogram secara nasional. Sedangkan harga beras medium kini menyentuh Rp13.880 per kilogram.

Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan naiknya harga beras disebabkan ketidaksesuaian antara permintaan dan ketersediaan alias supply and demand. Hal tersebut sebagai dampak turunnya produksi pada 2023.

Pemerintah sebetulnya sudah merespons fenomena ini. Presiden Joko Widodo juga melakukan intervensi, mulai bantuan sosial hingga operasi pasar.

Namun tampaknya berbagai tindakan itu belum mampu menurunkan harga beras. Belum faktor El Nino ikut memengaruhi lonjakan harga gabah di tingkat petani, sehingga lonjakan harga beras di konsumen tidak terhindarkan. 

Sekjen Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), Reynaldi Sarijowan, meminta pemerintah melakukan sinkronisasi data bansos dan pedagang pasar. Hal itu sebagai salah satu cara menahan kenaikan harga beras.

Pengamat Pertanian dari Center of Reform on Economic (CORE), Eliza Mardian, juga bersuara. Ia melihat harga beras dapat diturunkan salah satunya dengan terus meningkatkan produksi. 

Meski diakui biaya produksi padi dalam negeri masih mahal karena belum tersentuh teknologi. Selain itu ada kesulitan mencari tenaga kerja di sektor pertanian.

Kita berharap pemerintah segera mendapatkan formula yang tepat untuk mengatasi kondisi ini. Apalagi bulan depan sudah Ramadan dan disambung dengan Idulfitri, yang berarti kebutuhan terhadap beras sebagai bahan makanan pokok akan melonjak.