LUWU TIMUR – Kisah memilukan dialami seorang ibu rumah tangga di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, pada Rabu (20/8/2025). Riska Anti, ibu dari tiga anak, harus berbaring di pelataran depan ruang ICU rumah sakit karena diminta keluar dari ruang rawat inap, padahal ia baru saja menjalani operasi caesar dan bayinya masih berada dalam inkubator.
Sebuah foto yang beredar memperlihatkan kondisi Riska yang terbaring di lantai beralas tikar tipis, berselimut kain seadanya. Di sekitarnya tampak beberapa keluarga yang ikut mendampingi dengan wajah letih. Potret ini menggambarkan bagaimana seorang ibu yang baru melahirkan harus menanggung rasa sakit pasca operasi, namun terpaksa beristirahat di lorong rumah sakit tanpa fasilitas yang layak.
Kakak iparnya, Yulianti, saat dihubungi mengatakan bahwa operasi caesar dilakukan karena kondisi bayi dalam kandungan Riska lemah dan ketuban berkurang sehingga harus segera ditolong. Dua hari setelah operasi, pihak rumah sakit menyatakan Riska boleh pulang, namun sang bayi tetap harus menjalani perawatan intensif di dalam inkubator. Karena tidak tega meninggalkan anaknya, Riska memilih bertahan di rumah sakit.
Namun situasi justru menjadi tidak menyenangkan. Ia diminta meninggalkan ruang rawat dan akhirnya terpaksa beristirahat di pelataran rumah sakit selama hampir tiga jam. “Adik saya tidak mau pulang karena bayinya masih dalam perawatan. Ia akhirnya hanya bisa berbaring di pelataran depan ruang ICU,” kata Yulianti dengan nada lirih.
Beginilah kondisi Rika (duduk sandar) saat berada di pelataran salah satu rumah sakit menunggu anaknya yang masih di inkubator
Merasa tidak tega, Yulianti berupaya menghubungi sejumlah pejabat di Pemkab Luwu Timur untuk bisa mengkomunikasikan hal ini, namun banyak yang tidak bisa merespons cepat. Ia kemudian memberanikan diri menghubungi anggota DPR RI Dapil Sulsel III, Irjen Pol (P) Drs. Frederik Kalalembang.
Laporan itu langsung ditanggapi. Frederik segera menghubungi aparat Polsek Nuha untuk turun tangan. Anggota polsek kemudian datang ke rumah sakit dan melakukan komunikasi dengan pihak manajemen. Hasilnya, setelah mediasi, Riska akhirnya diperbolehkan kembali beristirahat di kamar perawatan seperti sebelumnya.
Yulianti mengaku sangat terharu dengan kepedulian Frederik. “Saya benar-benar berterima kasih. Pak Frederik bukan hanya mendengar, tapi langsung merespons. Beliau terbukti menepati janjinya saat kampanye bahwa siap dihubungi kapan saja jika ada warga yang butuh bantuan,” ujarnya penuh syukur.
Meski demikian, Yulianti menegaskan dirinya akan tetap datang langsung ke rumah sakit untuk mencari tahu pokok masalah yang sebenarnya. Ia tidak ingin ada kesalahpahaman, apalagi sampai menimbulkan prasangka buruk terhadap pelayanan rumah sakit. “Saya ingin menanyakan langsung, apakah memang ada persoalan dengan BPJS atau faktor lain, supaya jelas dan tidak salah paham,” imbuhnya.
Menanggapi hal ini, Frederik Kalalembang menyayangkan jika benar masalah yang dialami pasien berkaitan dengan habisnya waktu tanggungan BPJS. “Saya sangat sayangkan kalau memang betul masalah BPJS karena sudah habis waktu, sementara anaknya yang butuh menyusui harus berpisah dengan ibunya. Saya tidak habis pikir kok bisa terjadi hal seperti itu,” ucap Frederik.
Anggota polisi dari Polsek Nuha datang untuk mengkomunikasikan perihal adanya IRT yang berada di pelataran usai diminta keluar oleh pihak rumah sakit
Ia menceritakan bahwa pada pagi hari dirinya menerima telepon ketika sedang mengikuti rapat. Frederik pun memilih keluar dari ruang rapat setelah mendapat kabar adanya seorang ibu yang terpaksa berbaring di pelataran rumah sakit. Saat itu, ia juga dikirimi foto kondisi sang ibu yang baru melahirkan namun harus berpisah dengan bayinya akibat persoalan ini. “Mudah-mudahan hal ini tidak terulang lagi,” tegasnya.
Frederik menambahkan, apa yang dilakukannya semata-mata karena kepeduliannya kepada masyarakat. Ia tidak ingin berspekulasi lebih jauh mengenai alasan pihak rumah sakit meminta pasien keluar dari ruang rawat, sebab informasi resmi masih harus ditunggu. Baginya, yang terpenting adalah bagaimana persoalan bisa cepat ditangani dengan baik.
“Saya selalu berusaha merespons setiap aduan yang masuk. Itu komitmen saya sejak awal. Saya ingin masyarakat merasa bahwa mereka tidak sendirian ketika menghadapi kesulitan. Kepedulian seperti ini harus kita jaga bersama,” tutur Frederik.
Ia menegaskan, komunikasi antara keluarga pasien dan pihak rumah sakit sangat penting agar tidak terjadi kesalahpahaman. “Saya berharap ada penjelasan terbuka dari pihak rumah sakit supaya warga bisa tenang. Yang jelas, setiap masalah harus dicari jalan keluarnya, bukan dibiarkan berlarut,” pungkasnya.
Frederik mengatakan, peristiwa ini menjadi pengingat bahwa pelayanan kesehatan tidak hanya soal obat dan perawatan medis, tetapi juga menyangkut kemanusiaan. Kehadiran figur publik yang peduli dan responsif seperti Frederik Kalalembang memberikan harapan baru bagi masyarakat kecil yang sering merasa tidak didengar. (*)
Ikuti info terbaru di: WhatsApp Channel Infosulawesi