Logo

INFO PLUZ: Analisa Berita Nasional, Rabu, 1 Oktober 2025

Analisa Berita Nasional, Rabu, 1 Oktober 2025

POLITIK
1. Mantan Menko Polhukam Mahfud MD mengaku, 2 orang cucunya yang masih duduk di bangku SD di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami keracunan menu Makan Bergizi Gratis (MBG). Salah seorang cucunya harus menjalani perawatan di rumah sakit selama 4 hari. Dia menekankan, bahwa meskipun angka keracunan MBG sangat kecil, tapi pemerintah jangan meremehkan karena menyangkut nyawa manusia.

2. Berdasarkan catatan Badan Gizi Nasional (BGN), dari 6 Januari-31 September 2025 telah terjadi 75 kasus keracunan MBG yang menimpa 6.517 siswa. Penyebab utama keracunan pada MBG, menurut Kepala BGN Dadan Hindayana saat rapat kerja bersama Komisi IX DPR hari ini, adalah karena banyak dapur penyedia MBG yakni Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) tidak mengikuti SOP (standard operating procedure) yang sudah ditetapkan BGN. Dia menyebut salah satunya adalah tidak memperhatikan sanitasi. Untuk memperbaiki program MBG, kata Dadan, Presiden Prabowo akan segera mengeluarkan Peraturan Presiden tentang Tata Kelola Makan Bergizi Gratis.

3. Kasus terbaru keracunan MBG terjadi di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Selasa kemarin. Ada sebanyak 147 pelajar menjadi korban dugaan keracunan setelah menyantap MBG di SMPN 1 Kadungora, SMP PGRI, SDN 3 Talagasari, dan SMA Annisa Kadungora. Bupati Garut Abdusy Syakur pun menetapkan status kejadian luar biasa (KLB), hari ini. Dia menyebut sebagian besar korban harus menjalani rawat inap di beberapa puskesmas. Selain itu, dikabarkan sebanyak 45 siswa SMKN 1 Sine, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, juga mengalami mual, muntah dan pusing, setelah menyantap MBG hari ini.

4. Anggota Komisi IX DPR Muazzim Akbar mengungkap, ada SPPG yang diisi oleh keluarga pemilik dapur penyedia MBG. Dalam rapat Komisi IX DPR, dia memaparkan sebanyak 47 orang karyawan yang bekerja pada SPPG itu terdiri dari menantu, keponakan, dan keluarga dekat lainnya dari si pemilik SPPG. Di sisi lain, anggota DPR dari PAN itu mengakui bahwa banyak SPPG lain yang dikelola secara profesional.

EKONOMI
1. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2025 surplus USD 5,49 miliar, naik dibandingkan Juli USD 4,17 miliar. Surplus ini lebih tinggi dibanding konsensus pasar yang memperkirakan surplus USD 4 miliar. Deputi Bidang Statistik BPS M Habibullah menyebut, surplus ditopang komoditas nonmigas, yakni sebesar USD 7,15 miliar. Sementara komoditas migas tercatat defisit USD 1,66 miliar, dengan komoditas penyumbang defisit adalah minyak mentah dan hasil minyak.

Total nilai ekspor Agustus 2025 sebesar USD 24,9 miliar, naik 5,78% (yoy). Nilai ekspor migas tercatat USD 1,07 miliar atau turun 10,88% (yoy), sedangkan nonmigas naik 6,68% (yoy) menjadi USD 23,89 miliar. Secara kumulatif, total nilai ekspor Januari-Agustus 2025 tercatat USD 185,3 miliar, naik 7,72% (yoy). Nilai ekspor migas USD 9,04 miliar, turun 14,14% (yoy). Kemudian, nilai ekspor nonmigas tercatat USD 176,09 miliar atau naik 9,15% (yoy).

Nilai impor Agustus 2025 tercatat USD 19,47 miliar, terkontraksi 6,56% (yoy). Nilai impor migas tercatat USD 2,73 miliar, naik 3,17% (yoy). Sementara impor nonmigas USD 16,74 miliar, turun 7,98% (yoy). Menurut penggunaan, terjadi penurunan impor pada golongan barang konsumsi dan bahan baku penolong, masing-masing turun 5,24% dan 9,06%. Sementara impor barang modal meningkat 2,45%.

2. Aktivitas manufaktur Indonesia masih ekspansif pada September, tapi melambat. S&P Global merilis laporan, Purchasing Managers’ Index (PMI) pada September masih berada di zona ekspansif, 50,4, namun lebih rendah dari Agustus di 51,5. Dunia usaha menyatakan ada kenaikan permintaan domestik. Namun permintaan ekspor turun. Meski ada kenaikan permintaan, tetapi produksi justru berkurang untuk kelima kalinya dalam 6 bulan terakhir.

Ekonom S&P Global Market Intelligence, Usamah Bhatti mengatakan, meski terjadi penurunan produksi tapi dunia usaha tetap memupuk inventori dan membeli bahan baku untuk merespons perbaikan permintaan. Dunia usaha yakin penguatan akan berlanjut tahun depan, ditandai dengan penambahan tenaga kerja ke level tertinggi sejak Mei. Sedangkan keyakinan terhadap produksi hingga 12 bulan ke depan menjadi yang tertinggi dalam empat bulan terakhir.

3. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, inflasi pada September 2025 tercatat 0,21% (mtm). Secara tahunan terjadi inflasi 2,65% (yoy), dan tahun kalender 1,82% (ytd). Ini berbanding terbalik dengan Agustus yang mencatatkan deflasi 0,08% (mtm). Deputi Bidang Statistik Produksi, M Habibullah mengatakan, kelompok penyumbang inflasi terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi 0,38% dan memberi andil 0,11%. Komoditas yang dominan memberi andil inflasi yakni, cabai merah dan daging ayam ras dengan andil masing-masing 0,13%.

4. Menko Pangan Zulkifli Hasan menegaskan, kasus paparan radiasi Cesium-137 (Cs-137) pada produk udang beku dari Cikande, Serang, Banten, tidak mempengaruhi rantai pasok nasional maupun ekspor. Ia juga menegaskan, upaya dekontaminasi di kawasan industri Cikande telah dilakukan. Industri udang nasional, kata dia, tetap aman, sehat, dan berdaya saing. Cemaran radioaktif Cs-137 diketahui setelah Food and Drug Administration dan Bea Cukai AS menemukan kandungan radioaktif pada produk udang beku Indonesia di beberapa pelabuhan. Bahkan udang itu sudah sampai dijajakan di Walmart.

Sementara, Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menegaskan, pihaknya akan menuntut PT Peter Metal Technology dan pengelola Kawasan Industri Cikande terkait pencemaran Cs-137. Selain jalur perdata, KLH juga akan menempuh jalur pidana berdasarkan dugaan pelanggaran UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. PT PMT diduga melebur scrap logam yang mengandung Cs-137. Material yang telah dilebur itu kemudian mencemari lingkungan di sejumlah titik di kawasan industri.

SOSIAL
Sampai dengan hari ini, masih terdapat 15 orang yang berada di bawah reruntuhan bangunan mushola berlantai 4 di kompleks Pondok Pesantren Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, yang runtuh pada Senin, 29 September 2025. Saat kejadian, ada ratusan santri yang tengah melaksanakan shalat Ashar berjamaah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, tidak kurang dari 102 santri menjadi korban reruntuhan bangunan. Puluhan korban mengalami luka ringan dan berat, serta tiga orang telah ditemukan dalam kondisi meninggal. Petugas mengalami kesulitan dalam proses evakuasi karena reruntuhan bangunan yang ambruk masih labil.

TRENDING MEDSOS
Kata “Aceh” trending di X, setelah warganet ramai menyoroti pemadaman listrik di sebagian wilayah Aceh pasca terjadi gangguan pertama pada Senin (29/9) sore. Setelah sempat hidup, listrik di beberapa kawasan di Tanah Rencong kembali padam. Listrik di kawasan Baitussalam, Aceh Besar, padam kembali sejak pukul 13.00 WIB, Rabu (1/10/2025). Gangguan listrik berhari-hari itu menyebabkan suplai air dari PDAM ikut terganggu. Selain itu, jaringan internet juga ikut bermasalah. Warganet yang mengeluhkan kondisi ini berharap aliran listrik di Aceh segera normal.

HIGHLIGHTS
1. Tragedi yang terjadi di Pondok Pesantren Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, sungguh memilukan. Puluhan santri menjadi korban akibat bangunan yang tengah mereka gunakan runtuh. Korban jiwa sudah terjadi. Pemerintah, dalam hal ini Kemenag yang membawahi pendidikan pesantren, dan juga pemerintah daerah, perlu lebih memperhatikan lagi keamanan fasilitas belajar-mengajar yang berpotensi membahayakan jiwa penggunanya.
2. Lagi-lagi pemerintah menunjukkan sikap reaktif berbasis laporan kasus. Kali ini terkait kasus paparan radioaktif berbahaya pada produk udang beku ekspor yang dipersoalkan oleh Amerika Serikat. Bukan berarti PT Peter Metal Technology dan pengelola Kawasan Industri Cikande tak layak dipersoalkan secara hukum terkait pencemaran Cs-137 yang terjadi di kawasan tersebut, namun pemerintah jangan menutup mata terhadap lemahnya pengawasan pemerintah terhadap praktik pencemaran lingkungan yang juga terjadi di daerah-daerah lain.
3. Surplus perdagangan, inflasi terkendali, dan PMI yang masih ekspansif seakan memberi kabar baik, namun di baliknya tersimpan kerentanan yang berakar pada tata kelola. Kasus keracunan MBG dan skandal udang tercemar radiasi menunjukkan rapuhnya pengawasan, lemahnya kepastian hukum, dan kecenderungan politik yang lebih sibuk dengan pencitraan ketimbang pembenahan sistemik. Selama ekonomi hanya diukur dari angka makro tanpa memastikan fondasi hukum dan politik yang bersih, kepercayaan publik maupun investor akan terus tergerus.