Logo

Bagian Kedua, Perjanjian Tellumpoccoe: Persekutuan Antara Tiga Kerajaan Bugis di Sulawesi

Lamumpatue ri Timurung di Bone, tempat dilaksanakannya perjanjian Persekutuan Tellumpoccoe serta penanaman batu secara simbolis oleh masing-masing raja dari Bone, Soppeng dan Wajo. (Foto: Erik Hariansah/Attoriolong)

INFOSULAWESI.com -- Pada tahun 1582, Raja Bone, Soppeng, dan Wajo bertemu kembali di Timurung Bone dan mengadakan perjanjian persaudaraan yang kemudian disebut dengan Perjanjian Persekutuan Tellumpoccoe (tiga puncak).

Ditandai dengan masing-masing raja bersama-sama menanamkan batu sebagai simbol persaudaraan di Timurung, daerah tempat dilaksanakan perjanjian tersebut dikenal dengan nama Lamumpatue ri Timurung.

Di era modern sekarang, di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan muncul kata atau akronim Bosowa. Selain itu kata Bosowa juga mengacu pada nama perusahaan semen yang berpusat di Sulawesi Selatan.

Banyak masyarakat percaya bahwa kata Bosowa merupakan akronim dari tiga kerajaan dalam persekutuan Tellumppoccoe, yaitu Bone, Soppeng, dan Wajo.

Dalam proses perjalanannya, Raja Gowa yang mengetahui hal ini marah dan selalu melancarkan serangan terhdapa sekutunya Wajo yang berkhianat.

Dua tahun setelah perjanjian Tellumpoccoe diadakan, La tenri Rawe meninggal karena penyakit yang dideritanya. Sebagai penggantinya ialah saudaranya La Inca, yang ditunjuk sebagai Raja Bone ke-VIII.

Pada tahun 1585, terjadilah perang antara Bone dan Gowa dalam memperebutkan kekuasaan. Kepemimpina La Inca, tidak sebaik saudaranya, pemberontakan terjadi dimana-mana hingga ia akhirnya mati diatas tangga istana setelah menjabat selama 11 tahun lamanya.

Sesuai anjuran Arung Majang, maka ditunjuklah La Pattawettu menggantikan La Inca sebagai raja Bone.

Pada masa La Pattawettu tidak terlalu banyak disebut pemerintahannya, juga tidak diberitakan adanya serangan militer Gowa ke Bone.

Hanya dikatakan bahwa setelah tujuh tahun menjadi raja di Bone, ia pergi ke Bulukumba dan di sana pula ia menderita sakit pada tahun 1602.

Takhta raja pun diserahkan pada puterinya, We Tenri Tuppu (1602-1611) yang mengendalikan kerajaan Bone selama 9 tahun lamanya.

Konflik antara kerajaan Gowa dan Persekutuan Telumpoccoe memuncak ketika Kerajaan Gowa menerima Agama Islam sebagai Agama kerajaan pada tahun 1605.

Kerajaan Gowa kemudian menyerukan agar Persekutuan Tellumpoccoe juga menerima Agama Islam.

Seruan Kerajaan Gowa tersebut ternyata ditolak oleh Persekutuan Tellumpoccoe, mereka beralasan bahwa Islam hanyalah alasan Gowa untuk menguasai kerajaan-kerajaan lain di Sulawesi.

Menanggapi penolakan tersebut, Gowa melancarkan serangan terhadap Persekutuan Tellumpoccoe, dan terjadilah Musu Assellengngeng atau perang pengislaman.

Baca juga: Bagian Pertama, Perjanjian Tellumpoccoe: Persekutuan Antara Tiga Kerajaan Bugis di Sulawesi

Pada perang tersebut, satu per satu anggota dari Persekutuan Tellumpoccoe dapat ditaklukkan oleh Gowa.

Soppeng ditaklukkan dan menerima Islam pada tahun 1609, Wajo ditaklukkan dan menerima Islam pada tahun 1610, dan terakhir Bone ditaklukkan dan menerima Islam pada tahun 1611.

Courtesy of Attoriolong