Logo

Bijaklah Berinternet karena Jejak Digital Sulit Dihapus

Ilustrasi transformasi digital. (Foto: Antara)

INFOSULAWESI.com, JAKARTA -- Setiap aktivitas di internet selalu meninggalkan rekan atau jejak digital yang tidak akan terhapus. Dibutuhkan kehati-hatian dalam beraktivitas di dunia maya, termasuk dalam mengunggah foto, teks, atau video. Tanpa kewaspadaanbisa merugikan diri sendiri karena menjadi sasaran kejahatan oknum tak bertanggung jawab.

Demikian kesimpulan dalam webinar bertema “Jaga Kebocoran Data Pribadi dari Hacker” yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.

Dosen Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin, Muhammad Ridha mengatakan saat menggunakan internet atau beraktivitas di ruang digital, ada dua jenis identitas yang terlihat dan tak terlihat. Identitas yang terlihat adalah nama akun, foto profil pengguna, deskripsi pengguna, dan identitas lain yang tercantum. Sementara identitas yang tak terlihat adalah nomor identifikasi pribadi (PIN), kata sandi, two factor authentication, one time passcode, dan identitas lainnya.

“Apabila hendak memilih identitas asli atau samaran di ruang digital, sebaiknya disertai tanggung jawab dengan pilihan tersebut. Yang jelas, lindungi dan konsolidasikan identitas digital dalam berbagai platform yang dimiliki,” ucap dia dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (23/10/2022).

Aktivitas di internet, lanjut Ridha, akan selalu meninggalkan jejak digital. Jejak terbagi menjadi dua, yaitu jejak digital pasif dan jejak digital aktif. Jejak digital pasif adalah jejak yang ditinggalkan secara daring tanpa sepengetahuan pengguna. Contohnya penyedia layanan internet dan perkiraan lokasi akan terpantau selama berselancar di dunia maya.

“Sementara jejak digital aktif adalah data yang sengaja kita kirim ke platform digital. Misalnya, foto dan video yang diunggah di media sosial, riwayat penelusuran situs, riwayat pencarian, maupun unggahan teks,” tuturnya.

Oleh karena itu, menurut Ridha, jejak atau rekam digital perlu benar-benar dijaga karena sangat berpengaruh pada reputasi pengguna. Begitu juga dengan identitas digital yang harus dilindungi sebab itu merupakan kunci untuk masuk ke ruang digital. Selain itu, rekam digital sulit dihapuskan.

Koordinator Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (Aspiokom) Wilayah Bengkulu, Dhanuserto Hadiprashada menuturkan, setiap individu yang aktif berselancar di ruang digital harus memiliki kompetensi aman bermedia digital. Kompetensi tersebut meliputi pengetahuan dasar mengenai fitur perlindungan perangkat keras, perlindungan data pribadi, dan pengetahuan dasar ragam penipuan di dunia digital. “Tak hanya untuk kebutuhan pribadi, kompetensi ini juga penting diterapkan pada anak-anak disebabkan tingginya intensitas mereka dengan gawai,” ujar Dhanuserto.

Dosen Universitas Pejuang Republik Indonesia (UPRI) Makassar, Andi Asy’hary Arsyad mengingatkan pentingnya etika. Kendati media sosial bank dunia maya, etika dibutuhkan seperti halnya di dunia nyata. Sebab, orang-orang yang beraktivitas di dunia maya datang dari latar belakang berbeda-beda dan memiliki standar norma yang tak sama pula.

“Etika digital ditawarkan sebagai pedoman menggunakan berbagai platform digital secara sadar, tanggung jawab, berintegritas, dan menjunjung nilai-nilai kebajikan antarinsan dalam menghadirkan diri, kemudian berinteraksi, berpartisipasi, bertransaksi, dan berkolaborasi dengan menggunakan media digital,” pungkasnya. (B1)