Logo

Menjadikan Kakao “Endemik” di Kabupaten Luwu Utara

Luwu Utara -- Menarik apa yang dilontarkan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Riset, dan Inovasi Daerah (Bapperida) Kabupaten Luwu Utara, H. Aspar, saat membuka Rapat Koordinasi (Rakor) Kelompok Kerja (Pokja) Kakao Lestari, Kamis (25/7/2024), di Aula Bapperida.

Aspar berkeinginan agar Luwu Utara menjadi sentra pengembangan kakao di Indonesia, bahkan dunia. “Kami mau menjadikan kakao ini ‘endemik’ di Luwu Utara. Kami tak mau kakao ini punah,” tegas Aspar dalam rakor tersebut.

Aspar beralasan ingin mengembalikan kejayaan kakao di Luwu Utara. “Kakao Luwu Utara pernah mengalami kejayaan di awal-awal terbentuknya. Kakao adalah kebangkitan ekonomi Luwu Utara. Bahkan kita, Luwu Utara ini, dikenal karena kakaonya. Di mana kita pernah menjadi 10 terbaik penyuplai kakao di dunia,” ungkap dia.

Untuk itu, ia berharap melalui Rakor Pokja Kakao Lestari, semua stakeholder terkait yang selama ini terlibat dalam program Kakao Lestari dapat menceritakan hal-hal baik yang telah dan akan dilakukan dalam mendorong terwujudnya Kakao Lestari di Luwu Utara.

“Rapat ini penting bagi kita karena kita akan membicarakan hal-hal baik, praktik-praktik baik. Hari ini, kita akan mendengarkan cerita-cerita baik dari teman-teman, seperti apa dan bagaimana progres yang sudah kita lakukan dalam upaya melestarikan kakao di Luwu Utara,” jelasnya.

Ia mengatakan, pemda serius dalam mewujudkan Luwu Utara sebagai sentra kakao terbesar di Indonesia. “Ini keseriusan kita dalam melestarikan kakao. Kakao ini adalah alat pengikat bagi kita. Olehnya itu, pemda terus berkomitmen dalam mengelola kakao lestari ini,” jelasnya.

Tak lupa, eks Sekretaris DPRD Luwu Utara ini menyampaikan apresiasi kepada NGO, para pelaku kakao, serta semua pihak terkait lainnya yang selama ini telah melakukan pendampingan penuh terhadap masyarakat petani kakao di Luwu Utara.

“Kami apresiasi mitra pelaksana yang telah memberikan upaya pendampingan dan pembelajaran kepada petani. Terima kasih telah memfasilitasi Pokja Kakao Lestari dan mempertemukan kembali para pemangku kepentingan yang bergerak di sektor kakao,” ucap Aspar.

“Kita juga berharap, pokja ini dapat mewadahi lintas sektor dalam melakukan perencanaan implementasi, monitoring, dan evaluasi program yang berkaitan budidaya kakao agar tetap lestari, sehingga menjadi komoditi andalan di Luwu Utara, tentu dengan tetap memperhatikan aspek-aspek kelestarian sumber daya yang ada,” pungkasnya.

Sementara itu, Irmawati Arifuddin dari Rikolto melalui program Landscape Approach to Sustainable and Climate Change Resilient Cocoa and Coffee Agroforestry (Lascarcoco), menyampaikan progress dan capaian Lascarcoco dalam upaya mendukung kakao lestari atau kakao yang berkelanjutan di Luwu Utara.

Ia mengatakan, kegiatan untuk program Lascarcoco juga melibatkan Olam Food Ingredients (OFI). Di antaranya, Pelatihan Adaptasi Perubahan Iklim Pertanian, Distribusi Bibit Kakao Area Of Farm dan On Farm, Distribusi Bibit Non Kakao Area On Farm, Pelatihan Gender dan Antidiskriminasi, Pelatihan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik, serta Persiapan Peralatan Bisnis.

“Kita juga sudah melakukan pelatihan, karena kita ada di dua area perhutanan sosial, yang kita sebut dengan of farm itu didampingi oleh Rikolto, sementara untuk kegiatan di area on farm atau petani itu didampingi oleh OFI,” kata Irmawati.


“Untuk of farm sendiri, kita sudah melatih 173 petani di desa Kanandede dan desa Dandang. Sementara untuk on farm-nya sendiri kita sudah melatih 987 petani,” sambungnya.

Selain itu, pihaknya juga telah melakukan distribusi bibit di area of farm dan on farm sebanyak 4.880 bibit kepada petani. “Kalau untuk distribusi bibit non kakao di area of farm dan on farm melalui sistem agroforestry itu sudah mencapai 12.081 bibit,” pungkasnya.

Turut hadir dalam kegiatan ini, Asosiasi Kakao Doctor, Rikolto, OFI, Mars Cocoa, Program SFITAL, Program Active, Program Lascarcoco, Save The Children, KPH Rongkong, perwakilan perangkat daerah terkait, serta para pelaku kakao lainnya. (LHr)