Logo

Jokowi Dorong Daerah Konsentrasi Tingkatkan Vaksinasi Dosis 2 dan Booster

Presiden Joko Widodo (kiri) saat meninjau vaksinasi bagi masyarakat di Kantor Bupati Merauke, Papua, Minggu, 3 Oktober 2021. (Foto: Antara)

INFOSULAWESI.com, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong seluruh kabupaten/kota dan provinsi konsentrasi untuk meningkatkan vaksinasi Covid-19 dosis kedua dan ketiga atau booster.

“Saya ingin mendorong seluruh kabupaten/kota dan provinsi konsentrasi di suntikan kedua dan juga suntikan ketiga atau booster,” kata Jokowi saat melakukan peninjauan vaksinasi Covid-19 di 17 provinsi secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (18/2/2022).

Hal itu dikarenakan, lanjut Jokowi, tingkat vaksinasi dosis kedua dan ketiga masih sangat rendah. Masih banyak daerah yang angka vaksinasi dosis kedua dan ketiga masih di bawah 60%. “Masih rendah,” ujar Jokowi.

Selain itu, Jokowi meminta dalam pelaksanaan vaksinasi lebih diprioritaskan lansia. Karena berdasarkan data yang diterimanya, pasien Covid-19 yang meninggal karena varian Omicron sebanyak 69% adalah lansia. Sisanya, pasien yang belum mendapatkan vaksinasi sama sekali.

“Agar didahulukan yang lansia. Ini penting sekali. Karena dari data terakhir yang saya terima 69% yang meninggal karena Omicron adalah lansia, itu yang pertama. Kedua, yang belum di vaksin,” terang Jokowi.

Seperti diketahui, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menjelaskan berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, saat ini secara nasional ada 20 juta orang yang belum mendapatkan vaksin kedua.

Ada 5 juta di antaranya di Jawa Barat dengan rentang waktu belum mendapatkan dosis kedua setelah divaksinasi pertama dengan rentang waktu 1-5 bulan. Selain itu, 4 provinsi lainnya Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, dan Sumatera Utara.

Sementara itu, masih berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan per 13 Februari 2021, total kumulatif pasien yang dirawat di rumah sakit sebesar 74.838 pasien, di mana 71% adalah pasien asimptomatik dan bergejala ringan.

Dta lain dari Kementerian Kesehatan juga menyebutkan penyumbang angka kematian cenderung berasal dari golongan lanjut usia (49%), komorbid (48%), dan orang yang belum atau tidak dapat divaksin lengkap (68%). (*)