Logo

Kirab Budaya dan Pesta Rakyat Tutup Peringatan HUT Ke-354 Sulsel

Makassar - Rangkaian perayaan HUT Ke-354 Sulawesi Selatan (Sulsel) mencapai puncaknya dengan Kirab Budaya dan Pesta Rakyat.

Acara penutupan ini diselenggarakan di Anjungan Pantai Losari, Makassar, dan dihadiri oleh Penjabat Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin.

Kirab Budaya tersebut mempertemukan ribuan masyarakat dari 24 kabupaten/kota di Sulsel, Forkopimda, dan Raja-raja dari berbagai wilayah Sulsel.

Kirab dimulai dengan perwakilan dari kontingen Kodam XIV Hasanuddin, yang dilanjutkan oleh pasukan kerajaan, termasuk pasukan berkuda dari Kerajaan Gowa.

Para peserta juga memamerkan busana adat Bugis, Makassar, dan Toraja. Namun, yang menarik perhatian adalah kehadiran pasukan perempuan bersenjata, yang membawa senjata tradisional seperti walida (pemukul tenun).

Bahtiar Baharuddin mengungkapkan, "Tadi kita lihat pada kirab budaya, bagaimana perempuan Bugis-Makassar dengan senjatanya. Istri dan anak saya asal Jakarta tanya, perempuan Bugis ada senjatanya?" Beliau menekankan bahwa kepemimpinan perempuan, bahkan sebagai Raja dan Panglima Perang, telah lama ada dalam sejarah Sulsel, mencatat sejak tahun 1470, dengan contoh Raja Perempuan We Banrigau Daeng Marowa yang memimpin Kerajaan Bone.

Bahtiar juga mengucapkan apresiasi dan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam kesuksesan acara HUT Sulsel ini, terlebih karena acara ini disiapkan hanya dalam waktu tiga minggu.

Acara HUT Ke-354 Sulsel dianggap sebagai kesempatan untuk merenung dan merefleksikan budaya Sulsel yang merupakan hasil perjalanan panjang manusia dan alamnya. Budaya ini mencakup bahasa, seni, alat-alat pertanian, peralatan rumah tangga, dan peralatan perang.

Bahtiar Baharuddin menggarisbawahi bahwa bangsa-bangsa di Sulsel memiliki karakter yang membedakan mereka dari bangsa-bangsa lain di Indonesia maupun di dunia, karena mereka memiliki falsafah hidup yang kuat yang mendapatkan penghormatan dari bangsa-bangsa lain.

Oleh karena itu, tugas generasi saat ini adalah untuk menjaga, menampilkan, dan mencintai warisan budaya generasi pendahulu.

Bahtiar menjelaskan, "Maka bentuk penghormatan kita kepada pendahulu kita, paling tidak mengucapkan syukur dan menampilkan apa yang menjadi hasil karya-karya budaya mereka."

Dia menekankan bahwa Sulsel memiliki identitas yang kuat, meskipun dalam menghadapi perubahan dunia dan globalisasi.

Sulsel dikenal dengan banyak falsafah, seperti Inninawa, siri' na pacce, Toddopuli, Sipakatau, dan Sipakallebi, yang semuanya mencerminkan kekayaan budaya Sulsel.

Menurut Bahtiar, Sulsel juga dikenal sebagai bangsa petarung yang kuat dan tidak lemah, yang membuat mereka mampu bangkit lebih cepat pasca pandemi Covid-19 daripada daerah lain.

Oleh karena itu, Pemprov Sulsel bersama Forkopimda berupaya menggabungkan kekuatan yang ada, termasuk dengan merayakan dan menghormati budaya dan seni dalam perayaan HUT Ke-354 tahun.

"Kita mau kembalikan kejayaan itu secara perlahan, tentu pemerintah tidak bisa sendiri harus didukung oleh masyarakat yang merupakan kekuatan kita itu sendiri. Bagaimana 9,3 juta masyarakat kita ini menjadi kekuatan kita untuk membangun Sulsel," katanya.

Bahtiar Baharuddin juga berharap bahwa para warga Sulsel yang merantau di luar wilayahnya akan membantu mendukung usaha tersebut.

Acara penutupan HUT Ke-354 Sulsel ini adalah hasil kolaborasi Pemprov Sulsel, Pemda, DPRD, dan unsur lainnya sebagai persembahan kepada masyarakat Sulsel.

Dengan semangat ini, mereka berharap dapat mempertahankan dan memajukan kekayaan budaya Sulsel untuk generasi mendatang. ***

Cek berita dan artikel yang lain infosulawesi.com di Google News